Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa pengkondisian klasik adalah proses pembelajaran di mana stimulus yang semula netral menjadi terkait dengan suatu respons tertentu melalui repitisi atau asosiasi. Adapun beberapa conotoh mengenai pengkondisian klasik dalam kehidupan antara lain respon terhadap suara bel. Dalam hal ini, sering terjadi di sekolah, ketika bel berbunyi, siswa tahu bahwa itu adalah tanda untuk masuk kelas atau pada saat pulang sekolah.Â
Kondisi ini terbentuk melalui pengulangan yang konsisten dari bel seabgai stimulus yang terkait dengan aktivitas tertentu. Contoh lain yaitu Fobia terhadap kecoa. Sebagaian seseseorang mungkin mengalami pengkondisian klasik jika mereka pernah mengalami insiden buruk dengan kecoa. Setelah penagalaman tersebut, melihat atau mendengar insiden buruk dengan kecoa bisa menjadi stimulus yang memicu respons berupa rasa takut.
Melalui pemahaman mendalam tenatang pengkondisian klasik, kita menjadi lebih sadar akan kompleksitas interaksi antara stimulus dan respons dalam perilaku manusia. Kontribusi besar dari teori behaviorisme, khususya pengkondisan klasik, telah membuka jendela baru dalam memahami dan membentuk perilaku individu. Dengan demikian, pengkondisian klasik bukan hanya teori yang menarik, tetapi juga alat yang kuat untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas kehidupan kita.
Referensi:
Khodijah, N. (2014). Psikologi Pendidikan.
Nadirah, Y. (2019). Psikologi Belajar dan Mengajar.
Pranata, F. M.-S. (2017). Reaktualisasi Pendidikan Behavioristik. Ejournal.Kopertais4.or.Id, 8.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H