Pengkondisian klasik, merupakan salah satu konsep paling mendasar dalam teori behaviorisme, telah mengubah cara kita memahami bagaimana individu belajar dan bereaksi terhadap lingkungannya. Dipopulerkan oleh Ivan Pavlov pada awal abad ke-20.Â
Beliau merupakan seorang fisiolog dan dokter dari Rusia yang memiliki nama lengkap Ivan Petrovich Pavlov yang lahir pada 14 september 1849 dan wafat pada 27 Februari 1936. Â Konsep ini membawa revolusi dalam pemahaman kita terhadap asal mula dan penguatan perilaku. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang pengkondisian klasik menurut Ivan Pavlov termasuk asumsi dasar behaviorisme dan implementasinya di dunia nyata.
Behaviorisme adalah salah satu pendekatan dalam psikologi yang memiliki beberapa asumsi dasar yang menjadi landasan teorinya. Salah satu asumsi utama behaviorisme adalah bahwa penelitian psikologi harus difokuskan pada perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif. Behavioris berpendapat bahwa hanya perilaku yang dapat diobservasi dan diukur secara ilmiah yang dapat menjadi objek strudi psikologi.Â
Behaviorisme meyakini bahwa perilaku manusia, termasuk reaksi emosional dan kognitif, dapat dipelajari melalui proses belajar. Proses belajar ini dapat terjadi melalui asosiasi antara stimulus dan respons atau melalui penguatan (reinforcemen). Behaviorisme juga menggap lingkungan eksternal sebagai faktor utama yang membentuk perilaku individu. Lingkungan ini termasuk pengalaman, belajar dari pengaruh sosial, dan pengaruh lingkungan fisik.
Berbicara mengenai belajar dan pembelajaran adalah berbicara mengenai sesuatu yang tidak akan pernah berakhir karena konsep tentang belajar dan pembelajaran juga akan semakin berkembang. Berkembangnya psikologi dalam pendidikan maka bebarengan dengan itu bermunculan pula teori tentang belajar, salah satuanya teori belajar behaviorisme. Salah satu teori behaviorisme yang berpengaruh pada proses belajar adalah teori pengkondisian klasik atau classical conditioning yang di cetuskan oleh Ivan povlov.Â
Pendekatan behaviorisme menekankan pentingnya bagaimana anak dapat membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku sehingga menjadi sebuah proses pembelajaran.Â
Salah satu tipe dari pendekatan behaviorisme adalah pengkondisian klasik. Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiakan stimulus. Pada pengkondisian ini stimulus netral diasosiakan dengan stimulus-stimulus yang bermakna, sehingga menimbulkan kapasitas dalam mengeluarkan respon yang sama. Menurut Schunk (2012) pengkondisian klasik merupakan sebuah prosedur multi-langkah yang pada mulanya membutuhkan sebuah stimulus yang todak terkondisikan (UCS = Unconditioned Stimulus) yang menghasilkan sebuah respon yang todak terkondisikan (UCR= Unconditioned Response).
Pavlov menggunakan anjing dalam eksperimennya untuk mengetahui hubungan-hubungan antara conditioned stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR), dan unconditioned stimulus (UCS). CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respon yang dipelajari, sedangkan respon yang dipelajari disebut CR, adapun UCS berarti rangsangan yang meninimbulkan respon yang tidak dipelajari, dan respon yang tidak dipelajri disebut UCR (Syah, 2011).Â
Pada percobaan Pavlov mula-mula anjing diikat sedemikian rupa dan pada salah satu kelenjar air liurnya diberi alat penampung cairan yang kemudian dihubungkan dengan pipa kecil. Sebelum anjing dilatih, anjing tersebut secara alami telah mengeluarkan air lir setiap kali mulutnya berisi makanan atau melihat makanan.
Pavlov memberikan bubuk daging kepada anjing yang lapar (UCS) yang kemudian membuat anjing mengeluarkan air liurnya (UCR). Untuk pengkondisian binatang ini, ia harus berulang kali diberi stimulus yang pada mulanya netral untuk waktu yang singkat sebelum diberikan UCS. Pavlov sering menggunakan metronom atau semacam bel yang berdetak sebagai stimulus netral. Di percobaan-percobaan awal, bunyi detak metronom atau bel tidak membuat si anjing megeluarkan air liurnya.Â
Pada akhirnya si anjing mengeluarkan air liurnya sebagai respons bunyi detak motronom atau bel sebelum bubuk daging diberikan padanya. Metronom atau bel ini sebagai stimulus yang terkondisikan (CS = Conditioned Stimulus) yang menghasilkan respon yang terkondisikan (CR = Conditioned Response) serupa dengan UCR aslinya.