Mohon tunggu...
M. Rizky Putra
M. Rizky Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

Manners Maketh Man

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Cornel West dan Isu Rasisme

13 Desember 2020   15:30 Diperbarui: 13 Desember 2020   15:35 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ethicalreading.org.uk

Sebuah keberagaman lahir di dunia karena adanya perbedaan pada budaya, ras, dan juga suku. Dengan adanya perbedaan tersebut dapat menciptakan kekayaan budaya yang berbeda di setiap tempatnya. Di beberapa negara keberagaman budaya yang ada dapat membentuk masyarakat nya menjadi lebih toleransi terhadap satu sama lain. Akan tetapi, keberagaman itu tidak dapat semerta – merta diterima oleh beberapa golongan. Sehingga menyebabkan munculnya isu rasisme.

Rasisme merupakan isu yang sudah banyak terjadi di berbagai tempat yang memiliki perilaku masyarakat multikultural. Sekelompok golongan merasa bahwa mereka memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari golongan lainnya dan mereka beranggapan bahwa perbedaan yang ada bukanlah pilihan. Pada beberapa kasus, bentrokan yang terjadi bahkan menyebabkan kematian bagi kelompok yang ditindas ( biasanya ras kulit hitam ).

Permasalahan ini pun terus berkembang dari waktu ke waktu. Dan berbagai pihak pun telah berupaya menyampaikan aspirasinya mengenai rasisme ini. Salah satunya adalah seorang filsuf dari Amerika bernama Cornel West. West berpendapat bahwa budaya merupakan hasil dari adanya kreatifitas yang dimiliki oleh manusia.

Cornel Ronald West merupakan seorang filsuf, aktivis politik, kritikus sosial, penulis, dan juga seorang cendekiawan publik Amerika. Dalam menyampaikan pendapatnya, ia lebih berfokus kepada peran ras, gender, dan kelas pada masyarakat Amerika dan cara-cara  orang bertindak dan bereaksi terhadap “pengkondisian radikal“ mereka. West berusaha untuk mengubah pandangan dunia terhadap orang-orang dari ras kulit hitam seperti dirinya.

“Ujian utama untuk demokrasi Amerika adalah ekonomi, pemerintahan, sistem pengadilan, edukasi, media dan budaya mereka sendiri. Betapa sewenang-wenangnya orang-orang yang mempunyai kekuasaan menggunakan kekuasaan mereka kepada orang-orang berkulit hitam. Dalam hal ini, maka permasalahan yang terjadi di abad 21 ini hanyalah sebatas masalah perbedaan kulit semata”.

 Cornel West yang lahir pada tanggal 2 Juni 1953 di Kota Oklahoma, Amerika, merupakan seorang keturunan Afrika-Amerika. Bersama dengan 3 saudaranya, West tumbuh besar di Sacramento, California. Ibunya merupakan seorang guru sekolah dasar dan ayahnya bekerja di Departemen Pertahanan.

cornelwest on Twitter
cornelwest on Twitter
Pada masa pendidikannya, West hanya memerlukan 3 tahun untuk lulus dari Universitas Harvard dengan predikat magna cum laude sebelum melanjutkan pendidikan Doktor nya di bidang filsafat di Universitas Princeton. Dalam perjalanan karier nya, ia sempat menjadi profesor pengajar di beberapa Universitas salah satunya adalah tempat ia belajar sebelumnya yaitu Harvard sebagai professor di bidang Afrika-Amerika.

Dalam upayanya melawan rasisme, ia selalu aktif dalam kegiatan sosial-politik. West bahkan turut mendukung Barrack Obama menjadi presiden kala itu. Menurut dia, dengan terpilihnya Barrack Obama sebagai Presiden Amerika, itu menunjukkan bahwa semua golongan dan ras memiliki kedudukan yang sama. Cornel West juga banyak mengeluarkan buku-buku ataupun publikasi yang berhubungan dengan isu rasisme, yang paling terkenal diantaranya adalah “Race Matters (1993)” dan juga “The Future of the Race (1997)”. Di dalam tulisannya ia selalu menekankan mengenai keadaan para keturunan Afrika-Amerika di dalam kebudayaan Amerika.

Dalam salah satu tulisannya ia mengatakan,

“Ras adalah  isu yang paling utama  dalam kehidupan di amerika,  karena itu telah memaksa kita untuk menghadapi fakta-fakta tragis mengenai kemiskinann dan paranoia, keputusasaan dan ketidakpercayaan.”

Permasalahan rasisme sebenarnya adalah isu yang telah lama terjadi dan tidak pernah terselesaikan. Perbedaan kulit, ras, suku ataupun budaya bukanlah suatu hal yang signifikan berpengaruh dalam bersosialisasi di masyarakat. Berbagai seruan untuk menghargai perbedaan pun telah digaungkan disemua tempat oleh semua golongan masyarakat. Oleh karena itu, keberagaman seharusnya merupakan hal yang dapat kita terima, sehingga pada akhirnya masyarakat dapat berjalan berdampingan dengan kedudukan yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun