Mohon tunggu...
Rizky Sutiadi
Rizky Sutiadi Mohon Tunggu... -

saya memang tertinggal, tapi saya akan mengejar ketertinggalan itu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Feature

16 Juni 2013   15:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:56 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kehidupan adalah suatu proses belajar dan beradaptasi

Kehidupan di mulai dari kita lahir, setelah lahir kita memulai proses kehidupan di mulai dari kita merangkak kemudia duduk dan berjalan. Kehidupan adalah sebuah proses di mana kita harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Kisah cerita hidup saya di mulai dari saya lahir hingga sekarang ini, banyak yang warna-warni kehidupan yang saya alami. Bisa di katakan lika liku kehidupan banyak ragamnya seperti cacian, makian, celaan, cemoohan, kesenangan, sedih, dan susah. Itu semua adalah sebagian kecil dari warna kehidupan. Kehidupan ini sangat berwarna dan beragam jenisnya, ada senang adan ada susah, ada miskin dan ada kaya, dan sebagainya. Sama halnya dengan kehidupan, Allah menciptakan makhluk hidup di muka bumi ini secara berpasang-pasangan.

Terkadang kehidupan ini tidak sesuai dengan apa yang di harapkan, tapi inilah kenyataan yang harus kita jalani. Kuat tidaknya kita menjalani kehidupan tergantung dari kita sendiri. Pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang”, maka dari itu saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Rizky Sutiadi yang akrab di panggil Rizky. Saya anak pertama dari dua bersaudara, saya berasal dari Belitung yang sering di kenal dengan sebutan Negeri Laskar Pelangi. Saya lahil pada tanggal 23 Februari 1992. Pendidikan di mulai dari TK Angrek pada tahun (1996-1998), SD Negeri 19 Sijuk Belitung pada tahun (1998-2004), SMP Negeri 2 Sijuk Belitung pada tahun (2004-2007), SMK YAPERBEL(Yayasan Perguruan Belitung) 2 TanjungPandan pada tahun (2007-2010), dan Unpas (Universitas Pasundan) Bandung pada tahun (2010-sekarang). Saya di Unpas mengambil jurusan pendidikan bahasa indonesia, tepatnya di fakultas FKIP(Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan).

Saya tinggal di Bandung di Daerah Pusdai tepatnya di jalan sukamantri II No. 47/144D. Saya tinggal di sebuah rumah kontrakan bersama dengan teman-teman saya dari Belitung. Pertama kali saya di Bandung saya tinggal di Asrama mahasiswa Belitung di jalan supratman No. 104. Setelah mengikuti tes dan di nyatakan lulus oleh Unpas, saya dan teman-teman memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah. Rumah tersebut tidak terlalu besar, tapi cukup untuk kami berempat. Kami berempat berbeda jurusan dan universitas hanya saja di dalam rumah tersebut ada yang satu jurusan dengan saya. Kami tetap menjaga kekompakan walaupun terkadang kami saling tidak sepaham dan suka bertengkar. Inilah kehidupan yang harus kami jalani, harus kompak karena sama-sama orang perantauan.bandung adalah kota kembang begitulah orang-orang menyebutnya. Saya adalah orang perantauanyang sekaligus mencari jati diri. Pepatah mengatakan “sambil menyelam minum air”, maksudnya adalah sambil kuliah mencari kerja dan jati diri.

Hari demi hari telah berlalu, saya mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Saya mulai berkeliling kota bandung di mulai dari tempat-tempat wisata sampai dengan wisata kulinerpun sya jelajahi demi untuk mengenal dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan orang-orang di Bandung. Saya yang berasal dari luar kota awalnya merasa asing dengan keadaan sekitar, apalagi keterbatasan dalam berbahasa. Karena orang di Belitung umumnya menggunakan bahasa melayu, sedangkan di Bandung menggunakan bahasa indonesia tapi kebanyakan bahasa daerah yakni bahasa Sunda. Terkadang saya merasa heran dan termenung sendiri karena bahasanya yang saya tidak mengerti, tapi tidaklah heran, namanya juga masih tahap belajar.

Terkadang saya sering termenung sendiri, terpikirkan dengan keluarga di belitung sana, apakah mereka sehat-sehat saja di sana ataukah malahan sakit-sakitan. Saya hanya bisa pasrah dan berdoa supaya mereka baik-baik saja. Mengingat tentang mereka hati ini sakit dan miris rasanya, sebab saya adalah orang yang tergolong dekat dengan keluarga. Waktu awal mau berangkat ke kota Bandung rasanya hati in sangat sakit dan teriris rasanya. Karena waktu kebersamaan dengan keluarga akan terpecah dan lama menahan rasa rindu yang menyakitkan ini. Karena kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang terindah dan tak ternilai harganya dari rasa yang pernah ada. Rasa rindu dan cemas mulai menghampiri di saat mengingat tentang keluarga, kami memang keluarga yang sederhana dan menghindari hal-hal yang berbau kemewahan. Karena kemewahan bisa membuat kita khilaf dan kemewahan tersebut bisa membuat keluarga kami pecah.

Perpecahan adalah hal yang sangat rugi dan paling di benci oleh Allah SWT, pilosofi yang bisa kita amil adalah “ tidak ada orang yang tidak bisa keluar dari jalan ceritanya sendiri”. Kita hidup di muka bumi ini sudah mempunyai sakanario masing-masing, Allah sebagai sutradara dalam hidup ini. Karena Allah yang mengatur semuanya, sedangkan kita hanya hanya bisa pasrah untuk menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Ikhlas dalam menjalaninya itu adalah hal yang terbaik dan dirhdoi oleh Allah SWT. Tapi terkadang manusia lupa hanya sebagai khalifa di muka bumi ini, manusia pun terkadang ingin menulis jalan ceritanya sendiri. Orang yang tidak mengikuti perintah-NYA itu termasuk orang-orang yang rugi.

Di Bandung saya mulai menjalani kehidupan, sendiri, sepi tak ada yang menemani. Setelah kuliah di Unpas saya bertemu seseorang yang cocok berteman dengan saya. Saya termasuk orang yang tidak suka memilih-milih, saya bisa bisa bergaul dengan siapa saja. Maka dari itu saya mudah untuk mendapatkan teman, mencari teman yang setia itu susah. Banyak yang mengatakan: “lebih mudah mencari musuh dari pada teman”. Menurut saya itu benar, karena mencari teman yang bisa di percaya itu sangat sulit. Tapi saya berusaha mengakrabkan diri dari teman yang satu ke teman yang lain. Saya mulai beradaptasi dan mulai memahami bahasanya. Walau terdengar asing dan sulit untuk di pahami, tapi saya berusaha untuk akur dan pura-pura mengerti tentang apa yang mereka bicarakan.

Saya masuk di jurusan bahasa Indonesia itu bukan karena paksaan dari orang tua, melainkan itu karena pemikiran saya sendiri. Saya kira awalnya masuk Bahasa Indonesia itu akan semudah apa yang telah di pelajari sewaktu SMA. Ternyata semua itu salah, karena kalau kita kuliah sistem pembelajarannya lebih di perdalam. Tapi inilah jalan yang harus saya tempuh demi untuk membahagiakan orang tua. Karena saya sekolah jauh-jauh di luar kota ingin mencari pengalaman hidup dan membuat orang tua bangga. Terkadang saya berpikir apakah saya akan berhasil atau gagal seperti teman sekontrakan saya yang hanya bisa berfoya-foya dan menghabiskan uang orang tua. Mungkin dia tidak sadar kalau orang tua itu susah mencari uang untuk kita melanjutkan pendidikan di luar kota.

Tapi jalan pemikiran orang siapa yang tau? Semua berbeda dengan apa yang di harapkan oleh orang tua, betapa sedihnya mereka kalau mereka mengetahui hal tersebut. Saya tidak ingin seperti itu, malahan saya mengingatkan mereka jangan seperti itu. Hidup adalah pilihan, tapi hidup ini harus ada pertanggung jawabannya. Saya ingin orang tua menangis bahagia karena keberhasilan saya nanti, bukan menangis karena mengecewakan mereka. Tanggung jawab kepada orang tua itu sangat besar, jadi jangan sekali-kali untuk melukai perasaannya. Apalagi kita mengecewakannya, karena kesedihan orang ua adalah kesedihan kita juga. Jadi selagi ada waktu bahagiakanlah orang tua buta mereka bangga dengan apa yang di harapkan oleh mereka. Setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, tidak ada orang tua yang bangga dengan anaknya yang selalu mengecewakannya. Maka buat lah mereka selalu tersenyum dan berbahagia selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun