Salaman kok online? Mohon maaf kok tanpa jabat tangan?
Hal receh seperti ini baru saja pagi tadi menjadi bahan diskusi saya dan kawan-kawan grup whatsapp.
Pasalnya bagaimana tidak, lebaran hari ini rasanya seperti di cekik oleh tirani-tirani kepentingan yang alibinya mengatasnamakan prokes dan aturan ba bi bu lainnya.
Dari sholat yang tidak sesuai sunnah Rasulullah (bab shaf dalam sholat), kemudian aturan pembatasan kunjungan atau silaturahmi ke tetangga dan sanak saudara serta larangan mudik tapi ke Mall boleh. Recehkan? Hehehe.
Hal-hal yang dibatasi tersebut sebetulnya sudah dirasakan sejak tahun lalu juga, tapi rasa-rasanya masa iya harus terus begini sih?
Padahal, jika kita mengikuti Teologi Al-Qur'an, sebetulnya Allah SWT sendiri sudah menjelaskan secara rinci jika setiap penyakit (wabah bahkan copad copid yang terjadi hari ini) itu diturunkan bersamaan dengan penawarnya. Termasuk sebetulnya sudah ada solusi yang muncul bersamaan dengan batasan-batasan yang secara sengaja bermaksud untuk dibatasi.
Contohnya seperti, sholat berjamaah jika tidak dibolehkan maka dicoba untuk sholat streaming saja dari rumah (tapi online).
Kemudian mudik jika tidak dibolehkan maka dicoba untuk video call saja orang yang ada di kampung halaman (tapi online).
Serta bersalaman jika tidak dibolehkan maka dicoba saja tetap bersalaman kemudian pakai handsanitizer. Bereskan?
Kalau masih dilarang juga, ya salaman virtual saja (tapi online).