Siapa yang tak mengenal kopi. Minuman khas dengan cita rasa pahit ini biasanya menjadi teman minum sehari-hari sebagian manusia (selain teh atau susu).
Dilain itu, minum kopi ternyata juga jika ditinjau dari sisi historisnya membawa banyak ragam budaya dan tradisi yang mengakar.
Kopi juga nyatanya menjadi tradisi minuman yang identik di kalangan umat Islam. Sejak dari tahun 1400 kopi menjadi minuman favorit di kalangan orang-orang Daulah Utsmaniyah.
Mereka tidak hanya mengolah kopi menjadi minuman, tapi juga mengelola cara minum untuk tidak sekedar minum, tapi juga memasukkan bahan-bahan perbincangan di dalamnya. Sehingga esensi minum kopi, tidak cukup hanya minum tanpa ada diskusi. Hal ini yang akhirnya mengakar menjadi tradisi per-warung kopi-an hingga kini.
Dilain dari improvisasi pengolahan kopi itu sendiri (seperti meracik atau menumbuk atau lain sebagainya), minum kopi yang diminum secara bersama-sama membawa banyak ragam manfaat.
Ragam manfaat inilah yang akhirnya bagi saya pribadi menjadi candu. Hehe.
Tapi, candu dalam arti positif. Candu untuk selalu membutuhkan bahan diskusi panjang sehingga perlu men-tadabburi kopi bersamaan dengan diskusi pembahasan yang sedang dibawakan.
Nah, karena candunya sudah akut. Terbawalah pada akhirnya sampai pada waktu-waktu menjelang sahur. Bukan hanya pada Ramadan kali ini, entah sudah dari Ramadan tahun lalu atau di tahun-tahun sebelumnya, tradisi Tadabbur Kopi ini menjadi tradisi khas yang selalu saya lakukan bersama beberapa kawan se per-warung kopi-an hingga menjelang sahur.
Nah, kawan warung kopi saya di Ramadan kali ini hampir rata-rata bersama dengan kawan-kawan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Sedati.
Bagaimana dengan kalian? Tradisi apa yang menjadi khas dalam menyambut sahur di Ramadan kalian kali ini?