Mohon tunggu...
Rizky Hidayat
Rizky Hidayat Mohon Tunggu... Ilustrator - Perluas Sudut Pandang, Persempit Memandang Sudut.

Ghostwriter

Selanjutnya

Tutup

Segar

Seni Menikmati Ramadan dengan Slow Living dan Intermittent Fasting

23 April 2021   22:12 Diperbarui: 23 April 2021   22:59 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersantai dapat mengurangi sejenak permasalahan sekaligus menikmati kehidupan | Ilustrasi foto: merahputih.com

Bulan Ramadan jangan jadikan alasan untuk gelisah dalam mengatur pola makan. Biasanya banyak yang salah kaprah hingga berujung diet tak menentu.

Kalau gak diet, paling-paling pelampiasannya malah dengan memperbanyak makan saat berbuka atau pas sahur. Alhasil, bukannya malah sehat dan bugar, yang ada malah sakit atau berat badan semakin bertambah.

Memang pada dasarnya tubuh kita ini perlu asupan nutrisi yang cukup dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Tetapi mengonsumsi makanan yang berlebih juga bukan solusi ketika sedang berpuasa. Intinya, puasa sendiri itu bukan ujian tahan lapar, lokus berpuasa juga sebetulnya untuk menjaga stabilitas tubuh manusia itu sendiri (menahan hawa dan nafsu).

Bagi saya pribadi, justru slow living atau hidup santuy (santai dalam istilah milenial) sebetulnya sudah cukup menjadi indikator Ramadan yang sehat. Bukan berarti slow living nanti menjadikan kita menjalani hidup selama berpuasa dengan bermalas-malasan, yah setidaknya puasa dan beraktivitas sewajarnya.

Dari riset kecil-kecilan yang pernah saya lakukan juga, nyatanya puasa sendiri juga menjadi tren populer diluar kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh penduduk dunia. Outputnya, ya sama, menjaga tubuh agar tetap sehat dan bugar. Tren popularitas dari pola makan ini lebih dikenal dengan sebutan Intermittent Fasting.

Puasa intermiten adalah pola makan yang melibatkan periode pembatasan makanan (puasa) diikuti dengan makan normal. Jadi bukan termasuk diet, hanya saja hampir sama istilahnya dengan diet. Akan tetapi, dalam puasa intermiten tetap menolerir untuk makan dengan pola makan batas normal.

Hal ini dilakukan karena pada dasarnya tubuh manusia dapat menerima asupan nutrisi dengan pola kontinyu atau bersinambung. Jika pola itu di potong atau di format berbeda, yang terjadi bukannya ter set-up wajar, malah yang ada tubuh mengalami kondisi kaget. Yang biasanya menerima asupan nutrisi ini, kenapa harus diisi nutrisi yang begini bukan begitu (seperti biasanya).

Harvard Healthy Publication menerangkan, dengan set-up puasa intermiten, kondisi tubuh menjadi lebih bugar ketimbang melakukan pola diet. Bukan mengganti konsumsi makanan ini itu, yang difokuskan pada puasa intermiten adalah pembatasan jam dalam mengonsumsi makanan sehingga tubuh dapat ter set-up dengan baik.

Pola Intermitten Fasting ini pada akhirnya mengajarkan kepada kita jika makan ya makan saja tapi jangan berlebihan apalagi mengurangi. Konsumsi sewajarnya dengan pola waktu yang harus diatur dan dijaga.

Dari dua penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa jika ingin hidup sehat dan bugar, tetaplah pada ambang batas kewajaran. Slow Living dan Intermittent Fasting adalah jalan yang dapat mengantarkan kewajaran itu agar tetap sehat dan bugar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun