Pada rambut kabel bermuka listrik
Sepercik setrum memikatku dari tiap jemari yang kian memadu rindu
Ragu aku memelukmu tanpa tahu hal mana yang akan engkau unduh
Ah, paling tidak, kopi bercampur susu yang kau aduk ini tidak layu karna cemburu
Larut aku dalam bingkai lamunan yang kau kutuk hingga membeku
Kulihat, helai nafas yang keluar dari stopkontak yang menguap seperti melambai tapi tak sampai
Hidung-hidung palsu itu dengan rapatnya berbaris bak peluru yang menghujam tanpa di kokang
Kemejaku bersimpah luka tapi tak berdarah
Aku meradang, menerjang tapi lampu traffic yang berpijar itu seperti wajah-wajah yang tak kukenali
Desir angin yang membelai manispun berbisik pelan sambil berkata
Sudikah engkau sejenak berhenti, sambil meminum kopi dan tak bergantung pada wifi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H