Beberapa waktu yang lalu, seperti biasa saya bangun agak siang ketika hari libur. Sewaktu bangun, hal pertama yang saya ingat ialah konten penulisan seputar cerita rakyat dan pesan moralnya. Lantas seketika langsung menghadap layar laptop sembari ngetik dan menganalisis beberapa cerita rakyat populer nusantara.
Belum selesai mengeksplorasi beberapa cerita populer rakyat nusantara, spontan pikiran saya langsung terdistraksi dengan episode baru Anime One Piece yang muncul pertama di tahun 2021 ini. Ya maklum budiman budimin, namanya udah terlanjur ngikuti episodenya dari awal sampai sekarang, akhirnya ya langsung nonton.
Setelah nonton, bukannya lanjut cari cerita. Yang ada malah justru mendapat hikmah pelajaran dari setiap arc yang ada dalam One Piece. Hampir semua arc memiliki ragam cerita yang punya latar belakang cerita rakyat.
Kita mengenal, Monkey D. Luffy adalah sosok utama dalam serial One Piece ini. Selain Luffy, kita juga disuguhkan sosok karakter lainnya seperti bajak laut, angkatan laut dan warga pribumi tiap pulau. Akan tetapi, nyatanya fakta menunjukkan jika Eichiro Oda mengangkat beberapa bahkan hampir karakter-karakter dalam serial Manganya itu berdasarkan studi khusus pada beragam cerita rakyat di belahan dunia. Sebut saja Zoro, Momonosuke, Vivi, Shirahosi, Marshal D Teach dan bahkan nyaris semua karakter memiliki kaitan erat dengan cerita rakyat.
Pesan Apa Yang Dapat Diambil Untuk Cerita Rakyat Nusantara?
Dari One Piece, kita sebagai masyarakat Indonesia dapat belajar bahwa menduniakan bangsa lewat dongeng, legenda, budaya ataupun cerita rakyat yang berkembang dilingkungan kita itu sangat-sangat bisa. Meremajakan cerita masa lampau nyatanya juga dapat menjadi media pelestarian budaya lewat unsur cerita rakyat.
Tugas moral sebagai pelaku bahkan pelestari budaya lewat unsur cerita juga harus seimbang. Jangan karena kisah rakyat diangkat di Sinetron kemudian lantas malah menyinetronkan cerita rakyat. Sebetulnya itu juga sah-sah saja, tapi budiman dan budimin disini pasti sepakatkan jika sinetron warga kita itu sudah terlalu fatal *ehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H