Mohon tunggu...
Rizky AdiFirmansyah
Rizky AdiFirmansyah Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

55522120038 - Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Dosen Pengampu : Apollo, Prof.Dr, M.Si.AK - Pajak Internasional/Pemeriksaan Pajak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sintetis Aposteriori untuk Audit Pajak Usaha Pertambangan

4 Juli 2024   15:44 Diperbarui: 4 Juli 2024   15:53 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertambangan merupakan sebuah usaha yang cukup besar di Indonesia. Hal tersebut bisa dilihat dari besarnya pendapatan negara dari sektor ini. Di sektor ini, Pemerintah memiliki peran dalam hal menetapkan peraturan perpeajakan di sektor pertambangan sebagai salah satu nilai tambah guna melaksanakan pembangunan ekonomi nasional dan penerimaan di sektor perpajakan. Pajak pertambangan sendiri merupakan pungutan wajib/dipaksakan yang dilakukan terhadap semua kegiatan atau aktivitas pertambangan.  Banyak komoditas yang dikenakan pajak pleh pemerinta, seperti batubara, gas, dan mineral. Sektor ini sangatlah penting peranannya di dalam ekonomi dan pembangunan nasional. Kenaikan yang signifikan juga tercermin dalam sektor perpajakan pertambangan dari tahun ke tahun, teruntuk periode bulan Januari 2022 sampai dengan Mei 2022 peningkatanya bahkan menyentuh angka 296% dan menyumbangkan sekitar 10,1% untuk pajak bersihnya.

Pemegang izin pertambangan memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan penegasan menteri Keuangan mengenai izin usaha pertambangan atau disingkat IUP dan mitra-mitra bisnisnya. Mereka berhak memperhitungkan biaya-biaya yang mereka keluarkan selain berkewajiban untuk mengakui, mengenakan serta menyetorkan pajak. 

Sintetis Aposteriori yang dia alami adalah yang dia rasakan, dan mempunyai sisi negative dari kemampuian kognitifnya tidak tersaah secara maksimal. Jadi sintetis Aposteriori untuk audit pajak usaha pertambangan, mungkin memang harus dilakukan audit lapangan dalam pembuktian beberapa hal, karna pada dasarnya apa yang disampaikan belum tentu sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Gambar Pribadi Penulis
Gambar Pribadi Penulis

Saya ingin membagikan mengenai tataran ilmu dalam tradisi Jawa, ketika kita berbicara tentang ilmu dalam bahasa jawa, biasanya ada lima subjek yang akan dibahas, yaitu tradisi dan ritual, falsafah dan makna hidup, tata krama dan tata susila, atau dalam bahasa agama adalah akhlak dan adab, supranatural dan spiritual, dan kasunyatan yang dalam bahasa agam disebut "al-haq" atau yang sejati. Jika membicarakan ilmu dan budaya jawa, maka yang banyak dibahas adalah bab falsafah dan makna hidup serta tata krama dan tata susila atau etika dan etiket. Untuk hal hal bersifat supranatural dan spiritual, serta kasunyatan, tidak bisa disampaikan secara terbuka. Untuk bisa memahaminya kita perlu guru, sebagaimana kita belajar tasawuf.

Kita seringkali meremehkan tradisi - tradisi yang ditinggalkan nenek moyang kita karna kita hanya melihat wadag-nya saja. Hanya melihat aspek fisiknya saja. Kita lupa jika dibalik aneka tradisi itu ada filsafah dan makna. Jika kita sampai kehilangan filsafah dan makna itu, dikhawatirkan kita akan kehilangan identitas kejawaan. Bahkan ada kemungkinan tradisinya terus berjalan, namun filsafahnya dilupakan. Hingga akhirnya, tradisi itu menjadi seperti bungkus kosong tanpa makna. Jika menggunakan logika wadah dan isi ala orang jawa bisa jadi saat ini banyak orang yang hanya fokus pada wadahnya saja tetapi melupakan isinya.

Level Ilmu dalam struktur keilmuan Jawa itu sebenarnya sudah rapi. Ada level ilmu kanoman untuk anak muda, Kanuragan untuk bekal pertarungan dalam hidup, ilmu kadonyan atau ilmu keduniaan, ilmu kasepuhan atau ilmu orang tua, dan puncaknya ilmu kasampurnaan atau kesempurnaan. Semua itu merupakan level atau tingkatan. Harus dijalankan secara bertahap dari tingkatan paling bawah, tidak bisa langsung meloncat ke level yang lebih tinggi. Seperti pada ajaran tasawuf, kita harus mempelajari syariat dulu, tidak bisa langsung ke tingkat makrifat.

Kanoman, istilah ini berasal dari kata dasar "nom", "anom", atau "enom" yang dalam bahasa Jawa berarti "muda". Dari istilah saja sudah jelas jika ilmu ini untuk anak-anak muda. Secara umum, kanoman membahas tentang budi pekerti, tata krama, tata susila, kemasyarakatan, pengetahuan umum, memperluas wawasan dan pengetahuan tentang hidup dan kehidupan sebagaimana ilmu yang dipelajari pada umumnya di sekolah. Zaman dulu, setiap murid yang mempelajari ilmu kanoman, selain belajar, mereka juga diajak oleh guru mereka untuk bertani, berkebun, beternak, menimba air, membersihkan rumah dan halaman, serta berbagai aktivitas sederhana dan nyata lainya. Praktik kerja nyata tersebut diadakan dalam rangka untuk menananmkan ilmu kanoman. Dalam praktek tersebut, selain untuk menambah wawasan, murid juga diajarkan budi pekerti, tata krama, dan tata susila. Ilmu kanoman inilah yang mendasari pembelajaran atau tahap kehidupan selanjutnya.

Kanuragan, merupakan ilmu melatih raga, di mana orang yang memperoleh pelajaranya akan menjadi lebih kuat, bahkan bisa dikatakan sakti karena dia kuat menerima pukulan, tidak mempan senjata tajam, tembakan peluru, dan lain sebagainya. Ilmu kanuragan selain untuk membela diri dari serangan, juga untuk berlaga atau menyerang lawan. Pada  fase pelajaran ini, murid juga diajarkan mantra atau dalam bahasa jawa aji-aji untuk keselamatan mereka. Untuk melindungi diri dari segala sesuatu yang bersifat gangguan baik itu fisik maupun nonfisik. Mungkin pada hari - hari ini ilmu kanuragan kurang diminati, bahkan kurang dipercayai oleh manusia modern, dan dianggap hanya mitos. Padahal, ilmu seperti ini nyata. Di padepokan - padepokan zaman dulu, ilmu ini diajarkan untuk memancing anak - anak muda agar tertarik pada ranah spiritual. Kanuragan merupakan jembatan anak - anak muda untuk mengenal dunia spiritual, sebab dengan ilmu ini murid - murid bisa belajar meringankan tubuh atau berjalan di atas air misalnya, kemampuan seperti itu merupakan bersinggungan dengan hal - hal yang bersifat spiritual. Adanya ilmu kanuragan ini juga menunjukkan bahwa nenek moyang kita dulu memiliki kesadaran untuk pemberdayaan diri. Bisa hidup mandiri, kuat, dan sanggup menghadapi serta menyelesaikan problem hidupnya sendiri. Mungkin suatu saat nanti kita juga akan memerlukan ilmu - ilmu seperti ini di tengah kondisi dunia yang semakin tak menentu. 

Kadonyan, Ilmu ini mempelajari dunia, mempelajari pengetahuan tentang cara hidup yang wajar. Bagaimana caranya bekerja agar cukup sandang, pangan, papan, dan berbagai kebutuhan dasar lainya. Ilmu ini memang harus dipelajari oleh semua orang. Hanya saja, dalam budaya Jawa ada beberapa cara terkait ilmu kadonyan ini. Selain dituntut memiliki keterampilan, dalam budaya jawa ada tuntutan menjalankan laku prihatin untuk bisa mempelajari ilmu kadonyan. Bentuk laku prihatin itu bisa berupa doa atau tirakat berupa puasa. Sebab, orang jawa percaya bahwa diantara unsur kesuksesan seseorang, selain mengandalkan keterampilan dan kemampuan, yang tak kalah penting adalah laku prihatin. Kadonyan secara harfiah berarti "keduniaan". Hal - hal duniawi. Tetapi, untuk bisa sukses di dunia seperti mendapatkan kekayaan atau jabatan, kita juga membutuhkan aspek batin, karenanya dalam budaya Jawa ada puasa - puasa khusus, seperti weton, yang dikerjakan dalam rangka tirakat atau laku prihatin. Tirakat ini untuk melatih diri seseorang yang sedang dalam kondisi lemah dengan cara mendekati atau merayu yang spiritual, sehingga nantinya dia bisa keluar dalam situasi dan kondisi yang lebih kuat, maka tirakat adalah salah satu kunci sukses kadonyan. Di padepokan - padepokan zaman dulu, ketika ada murid yang hendak pulang atau keluar dari padepokan, biasanya diberi berbagai macam amalan oleh gurunya untuk menguatkan laku batinnya ketika berurusan dengan dunia. Pada level ilmu kadonyan ada wanti- wanti atau nasihat bahwa dunia ini hanyalah jembatan menuju ranah yang lebih tinggi. Sehingga, jangan sampai kita terlena di dunia , penuhi urusan dunia secukupnya saja. Jangan sampai tergoda nafsu, sehingga berhenti di kadonyan. Kadonyan hanyalah tahap untuk mencari bekal. Kalau bekal sudah cukup, lanjutkan perjalanan yang sejati menuju Tuhan. 

Kasepuhan, pada tahap inilah kita bertemu dengan wawasan- wawasan spiritualitas. Ilmunya orang tua, "kasepuhan" berarti tua, tetapi bukan tua karena usia. Orang jawa memiliki tiga istilah untuk "tua", yaitu sepuh, sesepuh atau pini sepuh, dan aji sepuh. Sepuh berarti tua karena usia, atau lanjut usia, sedangkan sesepuh atau pini sepuh, dalam bahasa sederhananya adalah "yang dituakan". Usianya belum tua, tetapi dituakan. Bisa jadi karena jabatannya atau posisinya di dalam masyarakat. Misalnya ketua RT yang usianya masih muda, tetapi dipandang sesepuh karena posisinya yang strategis di tengah masyarakat. Sementara aji sepuh dimuliakan karena ilmunya. Bisa jadi seseorang masih sangat muda tetapi ilmunya tinggi sekali dan utama, sehingga dia dimuliakan atau diutamakan. Itulah aji sepuh, dihormati da dimuliakan karena status keilmuanya. Orang yang mulia karena menguasai ilmu inilah yang termasuk dalam kasepuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun