Seringkali kata "Pajak" terdengar sebagai sebuah momok yang berbahaya, terutama bagi para pengusaha. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang suka mengumpulkan sesuatu terus menerus tanpa pernah merasa puas jika tidak memiliki rasa syukur pada diri, sehingga mereka akan berupaya semaksimal mungkin untuk tidak mengurangi apa yang sudah mereka "rasa" mereka miliki, termasuk uang, dan itulah mengapa manusia mulai berfikir untuk seminimal mungkin uang mereka keluar dari kantong mereka jika tidak memberikan manfaat langsung pada diri mereka sendiri.Â
Audit pajak timbul karna adanya niat dan prilaku yang tidak sesuai aturan demi naluri manusia yang disebutkan diatas. untuk menjadi manusia yang peduli dan mau melakukan hal yang tidak berdampak langsung pada dirinya memang tidak mudah, dibutuhkan syarat-syarat seperti yang disampaikan oleh Schleiermacher yaitu sebuah rasa Partisipatif, Empati, Transposisi, Reafeksi, Recognisi, Imitasi, Repitisi, Reproduksi, Rekontrukis sehingga menimbulkan seni bicara, seni menulis, dan seni memahami. hal tersebut akan menjadikan lebih baik dari awalnya dan sebuah sikap kepatuhan dari wajib pajak.
Sebuah keniscayaan bahwa kepatuhan-kepatuhan yang tinggi akan meminimalisir pelaksanaan audit pajak karna setiap individu sudah memiliki sebuah landasan kemanusiaan yang kuat mengenai hal-hal yang tidak berdampak langsung pada dirinya. mereka sudah tidak lagi menjadi manusia egois dan hal tersebut sangat berdampak holistik bagi sebuah siste,m.
Sebagai penutup, menurut saya pribadi, Audit pajak adalah akibat dari sebab keserakahan manusia yang bersusaha mengumpulkan dan menyimpan sebanyak-banyaknya tanpa memperdulikan hal lain diluar dirinya. oleh karna itu sudah seyogyanya sebagai manusia utuh, kita bisa menempatkan diri sebagai manusia yang tidak egois lagi di alam dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H