Mohon tunggu...
Rizky salim
Rizky salim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Entertainment and music enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Sulitnya Mencari Pekerjaan di Indonesia: Sebuah Realitas yang Harus Diatasi!

3 Januari 2025   09:19 Diperbarui: 3 Januari 2025   09:46 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pencari kerja (sumber : freepik/kredit) 

      

Mencari pekerjaan di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Setiap tahun, ribuan lulusan baru memasuki pasar kerja, tetapi tidak semua beruntung mendapatkan pekerjaan yang layak. Di tengah gencarnya janji-janji pemerintah tentang penciptaan lapangan kerja, kenyataan di lapangan justru menunjukkan betapa rumitnya menemukan pekerjaan yang sesuai.  

Salah satu penyebab utama adalah ketidaksesuaian antara sistem pendidikan dan kebutuhan pasar kerja. Lulusan perguruan tinggi sering kali hanya dibekali dengan teori, sementara dunia kerja membutuhkan keterampilan praktis seperti teknologi digital, analisis data, atau kemampuan komunikasi profesional. Akibatnya, banyak dari mereka yang tidak siap menghadapi persaingan global.  

Selain itu, ketimpangan antara jumlah pencari kerja dan lapangan kerja yang tersedia semakin memperburuk keadaan. Pertumbuhan ekonomi tidak sejalan dengan penciptaan lapangan kerja yang memadai. Di beberapa daerah, terutama di luar Jawa, peluang kerja masih sangat terbatas. Kondisi ini mendorong urbanisasi besar-besaran, yang pada akhirnya memperketat persaingan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung.  

Faktor lain yang sering luput dari perhatian adalah tingginya ekspektasi perusahaan. Banyak lowongan kerja di Indonesia mensyaratkan pengalaman kerja minimal beberapa tahun, bahkan untuk posisi entry-level. Kondisi ini menjadi paradoks: bagaimana seseorang bisa mendapatkan pengalaman kerja jika kesempatan pertama pun sulit diraih?  

Pandemi COVID-19 juga meninggalkan dampak panjang pada pasar kerja. Banyak perusahaan yang terpaksa mengurangi tenaga kerja atau bahkan gulung tikar. Meski ekonomi mulai pulih, banyak perusahaan yang lebih fokus pada efisiensi daripada perekrutan tenaga kerja baru.  

Namun, apakah semua ini sepenuhnya tanggung jawab pemerintah? Tidak juga. Budaya masyarakat kita yang masih memandang wirausaha sebagai opsi terakhir turut menyumbang pada masalah ini. Padahal, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki potensi besar untuk menyerap tenaga kerja. Sayangnya, dukungan terhadap UMKM, seperti akses modal dan pelatihan, masih minim.  

Untuk mengatasi masalah ini, kita membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Pemerintah harus memperkuat kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja. Institusi pendidikan harus memastikan bahwa kurikulum yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan pasar. Perusahaan perlu lebih inklusif dalam membuka peluang kerja, sementara masyarakat harus mengubah pola pikir tentang wirausaha.  

Mencari pekerjaan di Indonesia memang sulit, tetapi bukan berarti tidak ada solusi. Dibutuhkan usaha bersama untuk menciptakan ekosistem kerja yang inklusif dan berkelanjutan. Kita tidak bisa hanya menunggu perubahan datang, tetapi harus menjadi bagian dari perubahan itu sendiri.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun