Mohon tunggu...
Rizki Yani
Rizki Yani Mohon Tunggu... -

Indonesian

Selanjutnya

Tutup

Nature

Printer yang Ramah Lingkungan

2 Agustus 2012   02:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:20 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Melanjutkan postingan saya yang sebelumnya tentang gosip dan fakta deputar printer, ada satu materi nih yang ketinggalan belum ter-expose, hehehe....karena menurut saya agak bermanfaat terutama untuk bumi yang kita cintai ini. Kalau untuk kelebihan dan kekuranangan printer sendiri pasti teman-teman sudah ahli dan jago ketimbang saya jadi nggak perlu kita bahas lagi ya. Tetapi disini ada 1 point yang dapat kita ambil dan terapkan dalam jangka panjang demi kelestarian lingkungan nantinya.


Salah satu printer dari brand Fujixerox Keluarnya bisa jadi satu gebrakan baru untuk menciptakan sesuatu yang baru, paling tidak printer ini ingin mencoba mengedukasi para target marketnya perihal kesadaran untuk beramah lingkungan. Tapi apakah hal ini akan mendukung peningkatan penjualan dan menaikkan pangsa pasarnya dibandingkan pesaing? Saya belum bisa berpendapat sekarang, karena saat ini saya belum melihat aktivitas apapun dari langkah sosialisasi konsep baru brand tersebut ini.

Konsep Go Green memang akhir-akhir ini banyak dilakukan oleh para brand. Dari mulai yang ikut-ikutan saja sampai yang memang peduli dan menjadikannya salah satu value di dalam perusahaan. Jika saya perhatikan, rata-rata perusahaan dari luar negeri yang sepenuhnya sudah comit dalam mengimplementasikan go green ini, sementara di Indonesia seringkali hanya go green-go green-an.. seperti jika kita masih ingat beberapa tahun lalu Carefour sempat mencoba menjalankan konsep go green ini, mereka tidak menyediakan kantong plastik, tapi bagi mereka yang berbelanja boleh memakai dus atau membeli kantong kain atau membawa sendiri kantong kain. Tapi apa hasilnya? Hanya beberapa bulan saja mampu bertahan setelahnya mereka kembali menjadi raksasa penyumbang sampah plastik yang cukup besar hingga sekarang.

Lalu apakah sebaiknya kita sebagai sebuah perusahaan menjalankan konsep go green dalam marketing? Seperti yang akhir-akhir ini banyak di bahas, yaitu green marketing? Seberapa jauh hal ini akan mempengaruhi value positif kepada konsumen dan apakah akan mempengaruhi performa penjualan?

Berikut adalah beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam mengaplikasikan konsep green marketing tersebut.

1. Siapa target market Anda?
Kembali ke dasar awal. Saat anda memiliki suatu ide pemasaran tertentu, jangan pernah lupa bahwa Anda harus berangkat dari konsumen Anda. Siapa target market Anda? Karakter seperti apa yang mereka miliki? Apa preferensi mereka, hal-hal yang mereka pedulikan, faktor keputusan pembelian, dll. Isu global warming sudah cukup besar di seluruh dunia, hanya saja bedanya tidak semua orang peduli. Apakah konsumen Anda adalah orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap hal tersebut? Tentu Anda harus memahaminya. Jika Anda belum memahaminya, Anda bisa melakukan riset kecil-kecilan untuk mengetahui kecenderungan mereka terhadap hal tersebut.

Di Indonesia, dengan sangat sedih saya bilang bahwa sebagian besar tidak benar-benar peduli terhadap global warming. Tidak hanya dari masyarakatnya tapi terkadang kita menemukan banyak kasus penebangan hutan liar yang dibiarkan oleh pemerintah, dan opini saya adalah itu bagian dari ketidakpedulian terhadap penyelamatan bumi ini.

Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya peduli, bisa jadi karena kondisi ekonomi masih jadi PR besar bagi mereka, jadi mereka tidak terlalu mempedulikan hal-hal yang kurang ada korelasinya dengan ekonomi mereka ini atau bahkan malah merugikan. Tapi jika Anda memiliki kelompok segmentasi menengah atas atau dengan kelompok target market yang memiliki tingkat edukasi tinggi, memiliki akses informasi yang luas, bisa jadi mereka cukup peduli.

Brand-brand besar seperti The Body Shop, Luis Vuiton dan Mercedes adalah beberapa brand yang menjadikan value go green sebagai value brand mereka. Di Indonesia, brand-brand tersebut memiliki target market dengan karakteristik yang disebutkan di atas, menengah atas dan memiliki tingkat edukasi tinggi. Hal ini menjadikan brand memiliki value yang dipandang positif oleh target market. Dan semakin meningkatnya value brand tersebut memberi sumbangsih pada meningkatnya peluang keputusan pembelian terhadap brand.

2. Pikirkan matang-matang dan jangan setengah-setengah!
Jangan lakukan sesuatu hanya karena ikut-ikutan, terlebih terkait dengan campaign go green. Membagikan kaos bertuliskan go green bukanlah suatu tindakan menjalankan go green. Dan bisa jadi akan tercetus omongan seperti ini di konsumen Anda “bagi-bagi tulisan Go Green tapi masih pakai kantong kresek”. Nah, hati-hati ya, karena kita tidak bisa membatasi pemikiran konsumen yang sudah semakin kritis sekarang-sekarang ini.

Kalaupun kita tidak bisa melakukan aktivitas go green ini sampai tuntas, dalam arti seidealis seharusnya, minimal value go green ini tidak hanya dijadikan promosi tetapi juga melekat dalam perubahan culture perusahaan. Seperti salah satu convinience store Circle K yang cukup gencar mengkampanyekan Go Green, sejak 2 tahun lalu melalui kalender kampanye mereka, mereka juga menerapkannya secara menyuluruh, salah satunya yang paling sering Anda alami jika sering berbelanja di sana adalah SOP dalam penggunaan kantong kresek, di mana konsumen akan ditanyakan terlebih dahulu apakah mereka mau memakai kantong kresek atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun