Mohon tunggu...
Rizkiyah Gustiana Najiullah
Rizkiyah Gustiana Najiullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Jakarta Prodi KPI 1A

Menulis sama dengan mengabadikan Ilmu:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tugas Menulis Cerita Teman

29 September 2022   22:14 Diperbarui: 29 September 2022   22:24 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Novel ini mulai di tulis pada 11 April 2021 dan selesai pada 9 Agustus 2021 oleh Anugrah Ameylia Falensia. Ia memberi judul 00.00 pada karya nya karena di dalam cerita ini tepat pada pukul tersebut si tokoh utama nya ini, yaitu seorang gadis remaja dengan kehidupan nya yang rumit mengalami kecelakaan tragis.

Sebuah kisah yang menceritakan tentang sepasang luka yang berakhir dengan duka, yakni sepasang kekasih yang sebenarnya mereka sama mempunyai luka yang menyakitkan, beda nya disini si perempuan tidak mengetahui luka dari laki-laki nya itu. Sampai terkadang si perempuan kerap kesal karena ada waktu dimana si laki-laki nya ini tidak bisa selalu ada untuk dia.

Dan kedua nya adalah tokoh utama dari cerita ini, Lengkara putri langit atau yang biasa di sebut kara itu lah nama perempuan nya, ia gadis remaja yang dalam hidup nya selalu merasa tertekan oleh orang di sekitar nya bahkan keluarga nya sendiri, yaitu ayah nya pun kerap kali memukul nya dengan alasan tidak masuk akal. Masnaka atau kerap disapa Naka seorang laki-laki kekasih dari kara, ia ternyata menyembunyikan penyakit nya dari kekasihnya itu, dan ternyata saat dia sedang tidak peduli pada kara ia hanya sandiwara saja karena untuk melindungi kara, sampai ia pun pernah mengalami sakit yang luar biasa karena pukulan dari orang suruhan ayah nya kara.

Awal mula semua kerumitan tentang keadilan ini terjadi karena ayah nya Lengkara yang menikah lagi dengan seorang janda yang berani satu, dari semenjak itu Lengkara selalu di bandingkan dengan Nilam saudara tirinya, bahkan kerap kali mereka bertengkar yang berujung dengan Lengkara lah yang di salah kan, pertengkaran tidak pernah terhindar kan setiap saat mereka berjumpa dimana pun, sekolah ataupun rumah. Penulis benar-benar membuat para pembaca merasakan menjadi Lengkara,  sebuah luka yang hidup juga berkembang, sampai pada akhirnya ia menyerah dengan keadaan dan pasrah dengan apapun yang terjadi. Karena pada saat suatu malam ia coba menghubungi orang untuk meminta dijemput di depan sebuah cafe yang sudah tutup tapi, tak ada satupun dari orang yang dikenal yang bisa menjemput nya tapi saat kara  menghubungi naka itu bukan  naka yang membalas pesan nya tapi Nilam yang menyadap ponsel Naka. Sampai pada akhirnya ia melihat sebuah taksi di seberang jalan sambil tersenyum, namun sebelum sampai di seberang ada kilat cahaya dari lampu truk itu pun menarik perhatian nya, lalu kara menengok ke arah truk seraya tersenyum. Pada saat itu pula grup angkatan dari SMA nya ramai membicarakan tentang kecelakaan tepat pada pukul 00.00 tersebut.  

Saat Lengkara terbangun ternyata dia masih hidup, tetapi semua yang ia lihat gelap, ya Lengkara buta. Singkat cerita ia semakin pasrah dengan hidupnya tetapi disaat itu pula Masnaka kondisinya semakin memburuk dan ia pun berencana mendonorkan mata nya kepada lengkara, ya tidak lama dari kejadian kecelakaan Lengkara Masnaka pergi untuk selamanya. Pada saat Lengkara sadar dan membaca surat dari mendiang Masnaka ia bahkan sampai berfikir, untuk apa kita bertemu jika memang kita akan berakhir seperti ini, sambil menangisi kepergian Masnaka.

Teman saya, Dewi Suryani ia mengambil sedikit pesan dari cerita ini, bahwa kita sebagai orang tua tidak sepatutnya menuntut anak sesuai dengan kemauan kita seenak nya, kita pun harus bisa bersikap baik dengan kawan kita, tidak boleh seperti para tokoh dalam cerita ini.

Dan penulis telah sangat berhasil membuat kita para pembaca merasakan sekali apa yang tokoh utama ini rasakan dalam cerita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun