Mohon tunggu...
Rizki Wisudanto
Rizki Wisudanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Hobi saya mendengarkan musik, menonoton Film, berolahraga, dan bermain Game. adapun Kepribadian saya yaitu murah senyum, tidak keras kepala, dan mau bekerja sama dengan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Perkembangan Teknologi Kampung Seniman Bandung

30 Juni 2022   07:45 Diperbarui: 30 Juni 2022   07:56 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disusun oleh : Rizki Wisudanto

Kampung Jelekong merupakan suatu kampung adat atau desa yang terletak di wilayah kabupaten Bandung yang bertempatan di kecamatan baleendah Jawa Barat. Kampung Jelekong tentunya bisa menjadi suatu jawaban bagi kita semua mengenai pertanyaan di manakah letak berkumpulnya suatu kesenian-kesenian sunda yang berada wilayah kota bandung, hal ini tentunya disebabkan sebagaimana bila masyarakat kota bandung atau sekitarnya berkunjung ke kampung tersebut, mereka akan menemukan banyak sekali ragam kesenian yang bercorakan Jawa Barat seperti wayang cepot, lukisan, dan beberapa kesenian lainya seperti gamelan yang selalu diadakan dalam suatu pergelaran.

Bila kita melirik melalui sudut pandang perkembangan teknologi yang berada di kampung Jelekong. Tentunya dengan adanya perkembangan zaman, Kampung Jelekong ini sudah termasuk desa atau kampung yang sudah cukup moderen. Hal tersebut disebabkan dalam berbagai faktor yang mana pertama dalam segi arsitektur, bangunan-bangunan yang berada di kampung Jelekong sudah layaknya seperti rumah pada masa sekarang, yakni menggunakan bahan utama bata atau beton yang kuat untuk dijadikan tembok yang begitu kokoh dalam perancangan suatu fondasi walaupun masih ada beberapa rumah atau bangunan yang masih bersifat tradisional layaknya bangunan kampung adat di beberapa tempat wilayah kampung Jelekong.

Dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, kampung Jelekong tentunya tidak terpatok pada pekerjaan seniman melainkan ada pekerjaan-pekerjaan lainya yang diantaranya yaitu petani. Di mana dari zaman ke zaman masyarakat yang memposisikan dirinya sebagai petani pada awal mulanya sangat menguras banyak tenaga dikarenakan kurangnya teknologi canggih yang memadai untuk membajak sawah. Teknologi yang mereka  gunakan dalam melakukan pembajakan sawah ini di awali dengan menggunakan canggkul yang mana setelah zaman terus berkamabangan teknologi dalam pembajakan sawah pun lambat laun berubah menggunakan kerbau hingga akhirnya pada zaman moderen pembajakan sawah mereka menggunakan traktor. 

Adapaun Bila kita melihat melalui sarana transportasi yang di hadapi masyarakat untuk melakukan mobilitas dari rumah ke rumah tentunya hal tersebut mengalami suatu perubahan yang di mana masyarkat pada awalnya berjalan kaki antar dari rumah ke rumah yang berjarakan kurang lebih 1 kilo meter, berubah dengan menggunakan alat transportarsi kendaraan baik itu spedah, motor, dan mobil. Hal tersebut pun sangat relevan sebagaimana ada salah satu tokoh seniman yang bernama Abah Sunarya berjalan kaki membawa alat musik gamelan dengan di tengteng layaknya tukang yang Peyeum dari tempat penampilan menuju rumahnya.

Perkembangan teknologi sangatlah meluas yang mana dalam segi fasilitas dalam mengadakan suatu pergelaran seni yang diharuskan untuk diadakanya suatu panggung, pada awal mulanya masyarakat Jelekong merancang panggung tersebut dengan berbagai cara sesuai dengan perkembangan zaman yang mana fondasi utama berawal dari kumpulan drum minyak tanah yang disusun lalu ditutupi dengan kayu serta kain, berfondasi dengan menggunakan bambu serta memanfaatkan toa untuk dijadikan speaker, serta pada akhirnya bermunculan suatu panggung yang tersusun dari besi yang sangat kokoh serta speaker yang sangat modereka. 

Adapun selain dari adanya suatu pergelaran, dalam segi penerangan cahaya pada malam hari pun turut mengikuti perkembangan zaman yang mana pada awalnya kampung Jelekong tidak memiliki suatu listrik seperti sekarang melainkan alat yang mereka gunakan sebagai cahaya pada malam hari masih mengguanakan alat seperti obor yang tertempel di rumah maupun dibawa dalam melaksanakan aktivitas malam di luar rumah.

Melirik dengan adanya era globalisasi pada masa sekarang, tentunya memberikan dampak yang sangat signifikan kepada kampung Jelekong itu sendiri, di mana salah satu dampak yang besar dan dirasakan oleh masyarkat sekitar adalah pemanfaatan gawai yang sangatlah penting bagi kehidupan masyarkat kampung Jelekong. Hal tersebut dapat di lihat sebagaimana pada masa covid-19, dalang-dalang yang berada di sana memanfaatkan suatu pertunjukan wayang melalui virtual yang dapat dilihat oleh masyarkat internal kampung Jelekong maupun masyarakat eksternal kampung Jelekong. 

Dengan adanya suatu teknologi yang canggih seperti media masa, tentunya hal tersebut dapat memberikan suatu manfaat besar untuk kampung Jelekong itu sendiri yang di mana dengan adanya suatu media masa kampung adat Jelekong memanfaatkanya sebagai pengenalan kampung Jelekong itu sendiri diserta dengan kesenian kesenian yang  tersimpan di wilayah tersebut yang perlu untuk dilirik bagi masyarakat umum atau eksternal Kampung Seni Jelekong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun