Gelak tawa seisi kelas meledak setelah guru sejarah SMA kami mengatakan,’Jangan jadi seperti orang jawa yang hanya bisa ngomong nggeh dalem, gara-gara itu bangsa kita dijajah Belanda 3,5 abad lamanya.’ Saya langsung merasa jadi bahan olokan saat itu. Saya adalah keturunan Jawa. Ayah saya Jawa timur, Ibu saya Sunda, namun telah lama tinggal di Jawa Timur. Sanak keluarga pun banyak berada di Jawa Timur. Dengan keadaan seperti itu, tidak heran tatakrama serta kebiasaan orang Jawa melekat pada diri saya. Saat itu saya sedang belajar di salah satu SMA favorit di kota Pekanbaru, Riau. Pernyataan itu dikemukakan oleh guru sejarah SMA saya yang bersuku Melayu, yang notabene dikenal dengan suku yang lebih suka mengurus diri sendiri dan cangkrukan di warung kopi pada jaman dahulu (atau jaman sekarang pun masih?) ‘Lho, kenapa bawa-bawa agama?’ Pasti banyak orang akan berkata begitu. Nah, bukankah agama merupakan pondasi dari segalanya? Masalah yang saya tulis di artikel Bangsa Lupa Bangsanya hanyalah seupil masalah bangsa kita. Banyak dari kita sekolah tinggi-tinggi, meraih berbagai gelar. Kemudian memiliki berbagai kemampuan kepemimpinan yang kini sedang populer dipelajari. Ibarat sebuah gedung megah yang ternyata tidak memiliki sebuah pondasi yang sangat kuat, lambat laun gedung tersebut akan rusak dan rubuh. Menurut kamu, apa sebuah pondasi dasar bagi seorang manusia? Walaupun kita berbeda-beda keyakinan, pasti kita pernah diajari bahwa Agamalah pondasi manusia dan agama jugalah yang akan menuntun kita menuju kebenaran. ***** ‘Kalau gak ada orang Jawa, bangsa ini gak bakal merdeka,’ bela papa saya begitu saya ceritakan perihal pernyataan rasis itu. ‘Tanpa kehadiran orang Jawa, Batak, dan Minang, Riau ini hanya akan menjadi hutan dengan minyak dibawahnya yang menjadi buruan para pemerah kekayaan alam bangsa ini,’ ucap papa saya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI