Mohon tunggu...
RIZKI SITI WULANDARI
RIZKI SITI WULANDARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jenderal Soedirman

Merupakan salah satu Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Politik

Brexit dan Xenophobia: Dampaknya bagi imigran di Inggris

11 Desember 2024   10:53 Diperbarui: 11 Desember 2024   10:53 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bing.com/images/search?view=detailV2&ccid=AzhIm%2f4J&id=D56AE4767FA9E1FDA66C5542611E7E1DD9A80BCE&thid=OIP.AzhIm_4Jts9GXSO7aFDPWQHaFQ&media

Xenophobia berasal dari bahasa Yunani yakni "xenos" yang berarti asing dan "phobos" yang artinya ketakutan, xenophobia sendiri merupakan istilah yang menggambarkan suatu sikap, perbuatan, atau ujaran kebencian terhadap orang asing (imigran) atau individu yang dianggap berbeda, baik dari segi budaya, fisik, maupun kewarganegaraan. Pasca Brexit Negara Inggris mulai mengalami peningkatan yang signifikan dalam fenomena xenophobia dan rasisme, xenophobia hadir sebagai bentuk tanggapan mengenai ketidakpastian identitas dan juga kewarganegaraan, warga negara yang saat itu merasa terancam dengan keadaan sosial dan ekonomi cenderung akan mencari kambing hitam dan sering kali akan mengarah pada imigran atau kelompok minoritas dan media massa yang memberitakan mengenai imigran atau kelompok minoritas tersebut secara negatif ini dapat memperkuat prasangka mereka pada orang-orang tersebut. Pemungutan suara Brexit yang didorong oleh sikap skeptis terhadap Uni Eropalah yang memicu tindakan Rasis dan diskriminasi pada imigran terutama dari Eropa Timur dan Komunitas BAME (Black, Asian, and Minority Ethnic) di Inggris. Di pekan pertama pasca referendum/pemungutan suara, laporan kekerasan etnis meningkat dari yang tadinya berjumlah 4 menjadi 122 insiden, terlebih lagi serangan yang terjadi pada komunitas Muslim dan imigran Eropa yang melonjak lebih dari 500% dalam ujaran kebencian. 

https://e3.365dm.com/18/02/1600x900/skynews-darren-osborne-finsbury-park_4220174.jpg?20180201174238
https://e3.365dm.com/18/02/1600x900/skynews-darren-osborne-finsbury-park_4220174.jpg?20180201174238

Salah satu kasus yang paling fenomenal pasca Brexit di Inggris terhadap minoritas adalah kasus terkait penabrakan jamaah setelah Shalat Tarawih yang terjadi pada tanggal 19 Juni 2017, pada saat itu seorang pria bernama Darren Osborne mengemudikan mobilnya ke arah sekelompok jamaah yang sedang berjalan pulang, penabrakan ini dianggap sebagai tindakan terorisme yang ditujukan pada komunitas Muslim di Inggris, peristiwa ini mengakibatkan satu orang tewas dan 10 lainnya luka-luka. Sebelum terjadinya peristiwa Brexit memang sudah ada insiden Xenophobia di Inggris namun tidak seintensif atau se-polarisasi pasca Referendum Brexit 2016 terutama pada komunitas Muslim dan Eropa Timur. Xenophobia tentu memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, di dampak sosialnya sendiri Xenophobia dapat memperparah ketegangan antar komunitas seperti meningkatkan kejahatan kebencian yang berdampak memberikan rasa tidak nyaman dan trauma bagi korban seperti yang terjadi pada komunitas imigran Eropa timur yang melaporkan adanya peningkatan kasus pelecehan verbal maupun fisik pasca referendum Brexit, selain hal tersebut imigran juga merasakan suatu ketidakpastian status imigrasi mereka yang tentu mempengaruhi kehidupan pribadinya. Pada aspek Politik hal ini juga menyebabkan adanya krisis legitimasi yakni di mana institusi pemerintahan kehilangan kepercayaan, dukungan, dan juga pengakuan dari masyarakat, karena kebijakan yang dipengaruhi xenophobia akan menimbulkan kritik internasional yang akan berpengaruh terhadap hubungan diplomatik Inggris dengan negara-negara sekitarnya. Sedangkan dalam aspek ekonomi, xenophobia menyebabkan adanya penurunan tenaga kerja imigran yang mana sektor-sektor yang sangat bergantung pada pekerja imigran cukup banyak dibutuhkan seperti perhotelan,  pertanian, tenaga kesehatan dan sebagainya, hal inilah yang memicu adanya penurunan produktivitas dan juga efisiensi, adanya penurunan daya saing juga dapat terjadi karena minimnya pekerja migran yang terampil sehingga membuat inggris kehilangan daya saingnya di sektor tertentu dan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Perempuan BAME di Inggris tentu memerlukan adaptasi dalam kehidupannya sehari-hari dalam menghadapi tantangan xenophobia pasca Brexit seperti dengan membangun jaringan dukungan dan bersinergi dengan komunitas lokal dan kelompok advokasi, mereka juga menggunakan media sosial untuk menyuarakan dan menentang stereotip negatif melalui kampanye online dan juga mengadakan dialog tentang isu-isu Xenophobia.

Referensi

https://dunia.tempo.co/read/1302840/pasca-brexit-warga-paksa-imigran-bicara- ni-eropa-dalam-peristiwa-brexit-1w1nSQ9Ai8k

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun