Mohon tunggu...
RIZKI SITI WULANDARI
RIZKI SITI WULANDARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jenderal Soedirman

Merupakan salah satu Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peran Vital Ekosistem Laut yang Sehat dalam Mengatasi Tantangan Globalisasi

2 Juli 2024   14:32 Diperbarui: 2 Juli 2024   14:53 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Menurut Anthony Giddens Globalisasi merupakan intensifikasi hubungan sosial dunia yang menghubungkan lokalitas yang terpisah sehingga peristiwa di satu bagian dunia lebih sering terjadi dengan menimbulkan efek pada orang dan tempat di bagian dunia lain. Dari pengertian yang telah diuraikan oleh Giddens dapat dilihat bagaimana peristiwa di suatu tempat dapat dengan mudah mempengaruhi tempat lainnya. 

Globalisasi dapat berkaitan dengan ekosistem laut karena adanya peningkatan frekuensi atau intensitas dalam hubungan sosial, ekonomi, dan politik global, ekosistem yang sehat penting bagi keberlanjutan global, alasannya banyak beberapa diantaranya dikarenakan ikut membantu menjaga keseimbangan ekologi global yang mana ekosistem laut yang baik dapat menyediakan layanan ekosistem yang baik pula bagi ekosistem yang lainnya seperti regulasi iklim, siklus nutrien, dan penyediaan oksigen melalui proses fotosintesis fitoplankton, ekosistem yang sehat juga berperan menjadi rumah atau tempat hidup untuk jutaan spesies yang berkontribusi pada keanekaragaman hayati global, dan juga sebagai penyedia sumber daya penting seperti ikan yang menjadi salah satu pemenuh kebutuhan protein manusia, dibalik dampak positif yang dapat menguntungkan alam dalam menjaganya pun tak lekang dari tantangan karena globalisasi sendiri memiliki dampak yang cukup kompleks dan beragam terhadap ekosistem laut contoh yang sering sekali terjadi bahkan manusia sendiri yang menjadi penyebabnya yakni adanya kontaminasi sampah plastik ke laut, seperti yang kita ketahui bahwa sampah plastik tidak terurai begitu saja melainkan melalui proses degredasi, menurut data dari Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) di Indonesia sendiri terdapat 398 ribu ton sampah di laut yang terdiri dari berbagai macam jenis, seperti sampah plastik, kayu, kertas, dan sisa makanan, yang berukuran berbeda pula, padahal Laut sendiri mencakup 70% dari bumi dan memiliki peran yang penting dalam keberlangsungan makhluk hidup.

Dalam menanggapi kasus ini, Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa upaya, salah satu diantaranya adalah membangun Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) bertujuan untuk mengurangi kuantitas atau memperbaiki karakteristik sampah yang kemudian akan diolah secara lebih lanjut di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) hal ini ternyata dapat berdampak positif juga di lingkungan sekitar karena memberikan kesempatan bagi masyarakat dalam meningkatkan ekonomi dengan mengolah sampah menjadi produk yang bernilai ekonomis seperti pupuk kompos. 

Menanggapi kasus ini yang semakin mengglobal, dunia internasional juga turut mengupayakan berbagai cara untuk meminimalisir dampak buruk yang dapat terjadi dengan membentuk regulasi global seperti membentuk Global Partnership yang merupakan kerjasama antara berbagai organisasi, negara, dan individu yang berfokus pada mengurangi polusi plastik di laut, contohnya adalah Konvensi Basel yang merupakan sebuah konvensi prakarsa PBB yang diselenggarakan di Basel, Switzerland di tahun 1989 merupakan rancangan regulasi mengenai pengetatan atas pembuangan limbah beracun beserta dampaknya pada lingkungan hidup, setelah 170 negara meratifikasi dibentuklah The Conference of the Parties (COP) sebagai badan pelaksana yang terdiri dari Otoritas Berwenang dan memiliki sekretariat tetap di Jenewa, Swiss. 

Selain Konvensi Basel ada juga Konvensi MARPOL merupakan konvensi internasional untuk pencegahan pencemaran lingkungan maritim, konvensi ini memiliki peraturan untuk mencegah pencemaran dari kapal, dari kecelakaan tumpahan minyak ataupun dari operasi harian kapal, dalam peraturannya seluruh kapal yang berbendera negara negara anggota yang menandatangani konvensi Marpol harus mematuhi persyaratannya dimanapun mereka berlayar. 

Globalisasi menjadi salah satu alasan dalam peningkatan dan produksi teknologi di seluruh dunia dengan berbagai inovasi dan peningkatan efisiensi, seperti pengelolaan sampah laut yang tepat dengan menggunakan pengembangan teknologi untuk mengurangi sampah laut, seperti Marine Trash Cleaner sebuah teknologi yang diciptakan untuk menyelesaikan masalah sampah yang ada di pesisir laut, Marine Trash Cleaner menggunakan sistem IoT yang terdiri dari tali penjaring, conveyor belt, dan sensor pada bak sampah, tali penjaring berfungsi untuk mengangkat sampah dari laut ke atas kapal, sedangkan conveyor belt untuk mengangkat sampah ke dalam bak sampah dan sensor digunakan untuk menutup bak sampah ketika sampah telah memenuhi kapasitasnya, Marine Trash Cleaner memiliki 2 konsep utama yakni, konsep pembersih sampah laut yang diteliti dan kapal pembersih laut, dalam konsep yang pertama yakni pembersih sampah laut yang diteliti menggunakan sistem otomatis untuk menangkap sampah yang terbawa ke pantai oleh air laut sedangkan dalam konsep yang kedua yakni kapal pembersih laut merupakan sebuah kapal yang dirancang khusus untuk mengumpulkan sampah dalam jumlah besar dari lautan, biasanya menggunakan penghalang panjang yang dirancang untuk menangkap sampah plastik yang mengambang di dalam permukaan laut dan menggunakan pompa jaring untuk menyaring sampah dari air. Solusi ini sudah diimplementasikan di salah satu kawasan pesisir indonesia yakni di Kabupaten Pangandaran, hal ini juga melibatkan banyak pihak termasuk masyarakat sekitar dan juga pengunjung pantai karena pantai pangandaran merupakan salah satu objek wisata yang banyak diminati mereka menjadi sasaran penelitian dan pelatihan tentang urgensi untuk menjaga lingkungan sekitar. Namun keterbatasan anggaran menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan teknologi ini. Tidak hanya upaya penyelesaian masalah dengan menciptakan inovasi teknologi yang baru untuk mengatasi permasalahan  sampah di laut namun juga penting dalam hal pencegahannya seperti dengan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat luas untuk meningkatkan kesadaran betapa pentingnya ekosistem laut karena masih banyak masyarakat yang sebenarnya tau namun abai dengan hal ini, melakukan monitoring dan pengawasan juga dapat diterapkan, tidak hanya mengawasi keadaan di sekitar laut saja seperti pengawasan aktivitas manusianya namun dengan memonitoring kualitas air untuk mencari tahu tingkat polusi dan kesehatan ekosistem laut, memonitoring hewan laut untuk mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah laut terhadap kehidupan mereka.

SUMBER

Basel Convention on Hazardous Wastes - United States Department of State. (2021, January 5). United States Department of State. https://www.state.gov/key-topics-office-of-environmental-quality-and-transboundary-issues/basel-convention-on-hazardous-wastes/

Defitri, M. (2022, August 9). Marine Debris, Mengancam Dunia juga Kesehatan Lautan. Artikel Dan Berita Pengelolaan Sampah Dari Waste4Change. https://waste4change.com/blog/marine-debris-mengancam-dunia-juga-kesehatan-lautan/

Raunek. (2024, June 7). MARPOL (The International Convention for Prevention of Marine Pollution for Ships): The ultimate guide. Marine Insight. https://www.marineinsight.com/maritime-law/marpol-convention-shipping/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun