Mohon tunggu...
Rizki Rulya Sari
Rizki Rulya Sari Mohon Tunggu... -

as simple as i can

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

One Steps of "Ilmu Pengetahuan"

12 Januari 2011   08:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:40 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Salah satu Filosof yang saya suka pemikirannya ialah Kant, ini dia profil beliau...

Immanuel Kant dilahirkan pada 1724 di Konigsberg, Prusia Timur. Kant dikenal sebagai individu yang saleh dilihat dari latar belakang keyakinan agama Kristiani yang ia lestarikan hingga tahun 1804 saat ia meninggal dunia. Kant telah berhasil membuka jalan keluar dari kebuntuannya mengenai pertarungan antara pemikir rasionalisme dan empirisme.

Kant merupakan seorang professor atas kontribusinya dalam mengajarkan filsafat disebuah universitas di daerahnya. Diantara dua jenis filosof Kant merupakan penggabungan dari dua jenis tersebut. Sebagai FIlosof yang mencari jawaban sendiri bagi pertanyaan-peratanyaan filosofis dan juga dikenal sebagai filosof yang ahli dalam sejarah filsafat.

Dalam pandangan filosofisnya, Kant sangat dekat akrab dengan pikiran rasionalis dari Descrates dan Spionoza ataupun pikirin empiris seperti Locke, Berkeley, dan Hume. Gagasan-gagasan yang diungkapkan oleh pemikir-pemikir tersebut telah menjadi landasan kuat bagi gagasan yang diungkapkan oleh Kant.

Anggapan kaum rasionalis yang menyatakan bahwa pengetahuan manusia terletak di dalam pikiran, berbeda dengan kaum empiris yang menyatakan bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Hume mengungkapkan batasan-batasan jelas mengenai mana yang dapat kita ambil dari persepsi kita. Kant menganggap dua pandangan tersebut belum sempurna, karena masih bisa dinyatakan benar namun juga salah.

Indra maupun akal bersama-sama memainkan peranan dalam konsepsi kita mengenai dunia. Kant menganggap kaum rasionalis terlalu jauh dalam mendefinisikan tentang seberapa banyak akal dapat memberi sumbangan. Sedangkan kaum empiris terlalu besar memberikan tekanan pada pengalaman indra.

Kant menyatakan bahwa terdapat kondisi-kondisi tertentu dalam pikiran manusia yang turut serta menentukan konsepsi kita tentang dunia. Seperti halnya sebuah kacamata berlensa merah yang akan menunjukan kita bahwa dunia seluruhnya akan berwarna merah. Kondisi tertentu yang mengatur cara kerja pikiran dan mempengaruhi pandangan kita terhadap dunia. Kant menyebut waktu dan ruang intuisi kita merupakan perangkat yang mendahului dalam membentuk sebuah intuisi melalui sebuah pengalaman. Dengan kata lain, kita dapat mengetahui sesuatu sebelum kita mengalaminya, hal ini disebut fenomena dalam waktu dan ruang. Sebab kita terpengaruh pada kacamata atau yang disebut dengan akal.

Apa yang kita lihat tergantung pada dimana kita dibesarkan, orang yang berada di India akan mengalami persepsi yang ebrbeda dengan orang yang berada di Greenand. Sehingga kita dapat memandang dunia melalui serangkaian proses wkatu dan ruang walaupun kita belum mengalaminya. Waktu dan ruang ialah cara pandang kita mengenai suatu hal. Fikiran manusia bukanlah sebuah “lilin pasif” yang menerima sensasi dari luar begitu saja, Pikiran telah menuntun kita demi dapat memahami dunia. Kant menjelaskan bahwa kaum rasionalis telah melupakan makna penting pengalamanm sedangkan kaum empiris telah menutup mata mereka terhadap pengaruh pikiran mengenai cara pandang kita memandang dunia.

Melalui pemikiran hukum kausalitas milik Hume, Kant menjelaskan mengenai bahwa dunia tidak bisa digambarkan secara pasti seperti apa yang digambarkan oleh kita ataupun orang lain diluar sana. Kant mengenalkan garis pembatas das Ding an Sich dimana garis pembatasnya ialah benda-benda itu sendiri dan benda-benda itu tampak didalam pandangan kita.

Kant mebrikan perbedaan antara “benda itu sendiri” dengan “benda itu bagiku”. Kita tidak pernah dapat mempunyai pengetahuan tentang benda-benda “itu sendiri”. Kita hanya dapat mengetahui bagaimana benda-benda itu ‘tampak’ bagi kita. Sebaliknya, sebelum terjadinya pengalaman apapun, kita dapat menagtakan sesuatu tentang bagaimana benda-benda itu akan ditangkap oleh fikiran manusia.

Menurut Kant terdapat dua unsur yang memberikan sumbangan pada pengetahuan manusi tentang dunia. Yang satu adalah kondisi-kondisi lahiriah yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita menangkapnya melalui indra. Kita menyebutnya sebagai materi pengetahuan. Yang satunya lagi ialah kondisi batiniah didalam diri kita dimana persepsi tentang peristiwa-peristiwa sebagaimana yang terjadi dalam waktu dan ruang sebagai proses-proses yangs ejalan dengan hukum kausalitas yang tak terpatahkan, atau yang disebut bentuk pengetahuan.

Materi pengetahuan datang melalui indra, sehingga akan erat kaitannya dengan akal. Dimana akal akan mecari penyebab suatu kejadian. Seperti halnya dalam kita mempercayai keberadaan Tuhan. Jika Aristoteles menyatakan bahwa dunia terjadi melalui sebuah penciptaan, maka Tuhan diangap sebagai penyebab pertamanya. Kant menganggap bukti ada atau tidak adanya Tuhan. Akal maupun pengalaman tidak dapat dijadikan acuan dasar untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Namun, adanya kekosongan akal dan pengalaman tersebut diisi dengan sesuatu yang dikenal dengan iman.

Kant menyatakan perlunya moralitas untuk mensyarakatkan keyakinan mengenai manusia itu mempunyai jiwa abadi, bahwa Tuhan itu ada, dan bahwa manusia mempunyai kehendak bebas. Dimana Kant menyatakan bahwa akal bukanlah landasan yang membawa keyakinan tersebut, landasan itu ialah iman. Sama seperti kita menerima dalil-dalil praktis, dimana ‘mendalilkan’ ialah menerima sesuatu yang tidak dapat dibuktikan. Dalil praktis, ialah moralitas manusia dalam menerima keberadaan Tuhan yang dianggap sebagai suatu tuntutan moral.

Perbedaan antara benar atau salah tergantung pada penerimaan akal, bukan perasaan. Kant setuju dengan kaum rasionalis yang mengatakan kemampuan untuk membedakan keduanya melekat pada akal manusia. ‘Akal praktis’ atau kecerdasan yang memberi kita kemampuan untuk memahami apa yang benar atau salah dalam setiap soal sehingga memiliki aksek kedalam hukum moral universal yang sama. Hukum moral memiliki keabsahan mutlak yang sama dengan hukum fisik.

Kant merumuskan hukum moral sebagai suatu perintah pasti. Dimana hukum moral itu bersifat pasti dan berlaku pada semua situasi dan memiliki keuatan dan kewenangan yang mutlak. Seperti yang diungkapkan dalam kalimat berikut: Bertindaklah sesuai dengan ketentuan hukum universal, artinya orang memiliki kecendurang melakukan hal yang sama dalam menghadapi situasi tertentu.

Kalimat lain yang diungkapkan Kant demi menjelaskan’perintah pasti’: Bertindaklah dengan cara sedemikian rupa hingga kamu selalu menghormati perikemanusiaan, entah kenapa dirimu sendiri maupun kepada orang lain, bukan hanya sekali-sekali melainkan selalu dan selamanya. Artinya, kita tidak dapat menyalahkan orang lain ataupun diri sendiri demi mencapai keuntungak kita sendiri atau mencapai sesuatu.

Kant menggambarkan moral manusia sebagai hati nurani, dimana kita tidak dapat membuktikan apa yang dikatakan oleh hati nurani kita, namun kita tetap saja mengetahuinya. Dimana Kant ingin menggambarkan bahwa ‘akal praktis’ kitalah yang menentukan pilihan-pilihan moral kita menjalankan kehendak bebas kita, dimana kita mematuhi hukum moral yang kita buat sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun