Dari saat dia memutuskan untuk menikah maka saat itu semua hal yang dia rasa penting untuk dirinya tidak dia pentingkan lagi. Saat dia memutuskan untuk menyambut kelahiran anaknya maka saat itu juga semua hal yang membuat dia bahagia adalah menyaksikan anaknya bisa tidur dengan lelap tanpa menangis di malam hari.Â
Melihat anaknya bertumbuh adalah hal istimewa baginya. Tapi hal istimewa itu berubah menjadi ketakukan, dia takut anaknya akan bertambah dewasa dan dia belum mampu untuk melakukan hal lebih untuk anaknya.Â
Padahal dari awal pun dia sudah melakukan hal di luar batasannya sebagai seorang manusia ataupun seorang ayah. Ayah rela tidak dilihat, karena dia ingin selalu menjadikan istrinya sebagai ibu yang hebat, ayah rela dibenci karena itu mungkin kado yang harus dia terima saat ingin melindungi anak tercintanya.
Banyak sisi misterius dari seorang ayah, yang tidak akan kita tahu saat kita belum menjadi sepertinya. Pandangan sisi itu kita yang ciptakan, mungkin untuk bisa menerima sisi lain kita perlu berdamai dengan diri sendiri dan mulai belajar untuk bisa melihat sisi baik dari ayah.Â
Semua sisi itu akan membuat kita sadar mungkin tanpa kehadirannya kita akan tenggelam di lautan, saat itu ibu akan terjun ke dalam laut tanpa memikirkan apakah dirinya mampu menyelam sedalam itu, tapi ayah akan mendorong perahu dan menyeretnya sampai perahu itu bisa mengangkut anak dan istrinya, meskipun dia bahkan sulit untuk mengangkut tubuh ringkihnya di tengah lautan.Â
Pada akhirnya definisi ayah di mata setiap orang pasti akan berbeda. Bagaimana cara kita melihat prespektif dalam dirinya itu hal yang membedakan. Sebesar apapun daya tolak dia akan tetap ada dan siap sedia di sisi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H