Pertengahan 2008 adalah awal perjuanganku di malang setelah lulus SMA untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Malang yang sering disebut kota apel ini memiliki suhu dingin dan bisa dibilang minus kalau malam hari. Pagi hari seperti uji nyali untuk menyentur air, entah itu untuk mandi ataupun wudhu, bisa-bisa tayamum. :D. Aktivitas ini aku lakukan sebelum mengikuti tes, dan karena kebersihan sebagian dari iman, dan mengharuskan kita bersih dan dalam mengikuti tes bisa fokus..eng,,ing..karena berhubung airnya sangat dingin,aku mengabaikan untuk mandi,tapi aku bukan alergi air. Aku nggak mandi biar materi yang dipelajari tidak luntur ketika mandi (alasan..hehe). Dan pendek cerita 2 tes yang aku ikuti gagal dan memupus harapan menuntut ilmu di Malang (padahal ilmu tidak salah tapi kenapa dituntut..hehe). Lima tahun kemudian aku menginjakkan kaki dikota malang bukan untuk mengikuti tes tapi karena adik kandung aku kuliah di salah satu PTN di Malang. Perbedaan yang terjadi lima tahun yang lalu aku takut dengan dinginnya air seperti es,tetapi pada lima tahun setelahnya aku mandi pagipun tidak sedingin dulu.Dan kalau siang hari mataharinya bersinar dengan suhu maksimal (butuh dikompres tuh.haha)..Mumgkin perubahan suhu ini akibat dari gunung gunug di Malang tidak ditanami pohon tapi beton alias villa-villa. Seharusnya pemerintah setempat bisa mengontrol pembangunan di daerah yang seharusnya dilindungi..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H