Kirab gunungan hasil bumi, kirab ini diikuti oleh berbagai kalangan mulai dari anak-anak hingga orang tua. Ada berbagai macam kreasi, gunungan apem, gunungan buah, gunungan sayur, dan gunungan padi. Warga masyarakat dusun jalan kaki mengarak 4 gunungan besar mengelilingi Dusun. Sejauh kurang lebih 4 kilometer.
Kepala dusun Sari Yutiningsih mengungkapkan, "Gunungan lanang dan wadon itu merupakan simbol dari kehidupan. Segala sesuatu yang ada di dunia ini berpasang-pasangan. Ada laki-laki ada perempuan. Ada malam, ada siang. Ada bahagia, ada duka. Jadi gunungan ini merupakan simbol."
Terlihat ada kelompok Tani. mereka berkeliling kampung membawa alat-alat pertanian. Ada juga kelompok bersepeda, dengan sepeda mereka yang diriasi dengan cantik. Ada pembawa bakul dengan bakul yang diisi dengan sayur mayur.
Semangat Merti Dusun sangat kental dengan nuansa hari menyambut bulan Ramadhan. Terlihat dari keseruan para peserta kirab dari anak-anak hingga orang tua sangat senang dan penuh senyuman.
"Selain wujud syukur kepada Tuhan dan menyambut bulan suci Ramadhan, kemeriahan upacara adat Merti Dusun ini juga sebagai sarana  bagi masyarakat untuk melestarikan budaya nenek moyang kita," ujar Rohmat, tokoh masyarakat setempat.
Salah satu peserta kirab, Nayla Al-Kiftiyah, mengatakan sebagai generasi muda dirinya sangat tertarik untuk mengikuti dan terlibat langsung dalam acara Merti Dusun. Alasannya karana ingin melestarikan budaya.
Merti Dusun bagian dari perujudan rasa syukur, upacara merti desa acapkali juga terkait dengan ritual penghormatan kepada leluhur (nenek moyang), sehingga menghadirkan berbagai ritual simbolik terkait dengan tokoh dan riwayat yang diyakini menjadi cikal bakal keberadaannya sebagai pejuang dan babat alas Desa. Semuanya dilakukan dengan tetap memanjatkan doa dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa demi keselamatan, ketentraman, kesejahteraan dan keselarasan hidup seluruh warga desa. Silaturahmi, kekeluargaan, guyub, rukun, gotong royong, kebersamaan, keakraban, tepa selira, dan harmonis adalah sebagian dari sederetan kosakata yang begitu tepat dan saling menjalin makna saat menggambarkan bagaimana suasana yang terpancar dari berlangsungnya tradisi merti Dusun Nglambur yang ada di Desa Sidoharjo Samigaluh. Hendaknya sangat perlu bagi kita sebagai generasi penerus bangsa yang sekarang sudah mulai mapan, untuk tetap melangsungkan adat dan istiadat nenek moyang kita, dengan prespektif tetap menyembah dan meminta kepada-Nya. Karena jika kita tidak mulai menahan, memperkuat kebuadayaan kita sendiri, maka lambat laun tidak ada lagi upacara adat yang bernama Merti Dusun. Kelak hanya akan menjadi bagian dari cerita/nama saja.
Budaya ini sangat penting untuk dilestarikan agar tidak hilang dari masa ke masa. Kita harus mengenalkan budaya ini seluas-luasnya agar dapat dikenal dan menjadi tradisi yang kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H