Banyak orang yang mengetahui bahwa gula atau glukosa berbahaya bagi tubuh. Dampaknya adalah diabetes dan obesitas. Menurut penelitian Canada-based Cameron Institute, Indonesia rugi US$37.2 billion per tahun, akibat penyakit kanker, sakit jantung dan diabetes. Angka ini berdasarkan biaya kesehatan, hilangnya pekerjaan akibat sakit dan juga akibat kematian.
Hal ini memang susah dihindari karena simple glukosa terdapat diberbagai macam makanan, mulai dari gula pasir di sejumlah makanan dan minuman siap saji, minuman bersoda, bahkan di gelas teh dan kopi serta jus buah anda setiap hari. Sehingga, tanpa kita sadari kita dapat mengonsumsi sekitar 2 kg gula dalam sebulan.
Sekarang, ada trend baru di dunia pangan, industri makanan mengganti glukosa dengan fruktosa sebagai sumber pemanis pada makanan dan minuman siap saji. Hal ini sangat menguntungkan bagi industri makanan dan minuman, karena fruktosa yang didapatkan dari ekstraksi jagung sangatlah murah dibandingkan gula pasir.
Di jaman tradisional hingga saat ini, kita mendapatkan fruktosa dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Namun, bedanya fruktosa ini dengan fruktosa komersial adalah kita juga memperoleh serat dan antioksidan dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Sedangkan, pada fruktosa komersial atau high fructose corn syrup, kita hanya mendapatkan fruktosa tanpa serat dan antioksidan.
Hal ini sangatlah berdampak buruk bagi kesehatan kita.
Glukosa dan fruktosa merupakan sama-sama simple karbohidrat. Namun, prosesnya di dalam tubuh sangatlah berbeda. Glukosa diperoleh setelah mengkonsumsi karbohidrat dan diserap di usus kecil untuk disebarkan ke darah untuk memberikan energy ke seluruh sel di tubuh. Kelebihannya diatur oleh hormone insulin yang akan meletakkan kelebihan glukosa pada hati, otot serta sebagai lemak.
Fruktosa komersial harus diproses di hati. Hati kita dapat digambarkan sebagai departemen yang bertanggung jawab terhadap bahan-bahan asing yang masuk ke dalam tubuh kita dan memprosesnya agar dapat diproses ditubuh kita atau harus dibuang melalui usus besar kita. Hal ini dikarenakan fruktosa komersial bukanlah bahan yang alami bagi tubuh kita. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa fruktosa komersial merupakan proses pemotongan fruktosa dari jagung.
Proses penyerapan fruktosa komersial di hati membutuhkan lemak trigliserida, proses yang sama ketika ketika mengkonsumsi makanan berlemak tinggi. Tingginya sirkulasi lemak trigliserida dapat digunakan sebagai sumber energi bagi tubuh, namun jika berlebihan maka akan disimpan sebagai lemak terutama dibagian perut.
Tingginya tingkat lemak trigliserida dapat meningkatkan resiko 'metabolic syndrome'. Seseorang yang mengidap 'metabolic syndrome' beresiko tinggi terhadap diabetes, stroke atau sakit jantung.
Seseorang dapat diklasifikasi mengidap 'metabolic syndrome' bila memiliki 3 dari faktor-faktor berikut:
- Berlebihnya penyimpanan lemak di perut (perut buncit) (ukuran normal tidak lebih dari 80 cm bagi wanita dan 94 cm bagi pria)
- Darah tinggi atau hipertensi (reading normal adalah tidak lebih dari 120/80 mmHg)
- Kadar gula tinggi (ukuran normal berkisar antara 82 hingga 110 mg/dL)
- Rendahnya kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) (ukuran normal berkisar antara 60 keatas)
- Tingginya kadar lemak trigliserida dalam darah (ukuran normal berkisar antara 1.7 mmol/L kebawah)
Tak hanya itu, beredarnya trigliserida dalam darah juga dapat bersirkulasi pada otak. Hal ini akan berdampak pada kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan rendahnya fungsi kognitif kita.
Berdasarkan hasil penilitian, fruktosa komersial dapat menyebabkan insulin resistance atau tidak bekerjanya hormon insulin yang juga menyebabkan diabetes dan metabolic syndrome. Seperti yang kita ketahui, otak kita membutuhkan glukosa bagi sumber energi, namun bila hormon insulin kita yang bertanggung jawab untuk mengambil glukosa dalam tubuh tidak bekerja, maka otak kita tidak akan memperoleh energi dan dapat menyebabkan berkurangnya fungsi kognitif kita serta dapat menyebebkan dementia.
Oleh sebab itu, bila kita mencintai diri kita sendiri dan orang-orang disekililing kita, kita harus cermat untuk melihat bahan komposisi yang terdapat pada makanan dan minuman cepat saji yang dijual disekeliling kita. Selain itu, kita juga harus hidup sehat dengan menyempatkan diri memasak makanan kita sendiri, karena bila kita memasak untuk diri kita dan orang yang kita sayangi, kita tidak mungkin menggunakan bahan-bahan yang berbahaya, bukan? Tingkatkanlah konsumsi sayur-sayuran untuk mengurangi kecenderungan kita mengkonsumsi junk food serta tingkatkan konsumsi air putih untuk mengurangi konsumsi minuman ringan yang banyak mengandung fruktosa komersial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H