Mohon tunggu...
Bung Rizma
Bung Rizma Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Football Blogger - www.pengamatbola.id dan channel YouTube Bung Rizma

Blogger Pengamat Sepakbola sejak 2012 di blog www.pengamatbola.id. Analis Bola dalam program Football Insight di Berita Satu TV selama 5 tahun (2014 - 2019). Top ten Football Analyst di UC News tahun 2017. Analis di website sponsor salahsatu klub Liga Indonesia pada tahun 2015 dan 2019. Untuk kerjasama hubungi WA 081282126529 Saya pernah rutin tampil sebagai Analis dalam Program Football Insight yang tayang di Berita Satu TV selama 5 tahun (2014 - 2019) Semua ulasan saya bisa dibaca di Blog pengamatbola.id atau ditonton di channel YouTube Bung Rizma

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengenang Tim Terakhir Lazio yang Memenangkan Scudetto

28 Maret 2020   16:27 Diperbarui: 28 Maret 2020   16:31 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Eriksson memang pilihan tepat bagi Lazio. Tanda-tanda kesuksesannya bersama Lazio langsung terlihat kala Lazio menjuarai Coppa Italia 1998 dan melanjutkannya dengan juara Winners Cup 1999 (cikal bakal Europa League). Pria yang nantinya melatih timnas Inggris itu cekatan meracik barisan pemain bintang Lazio menjadi tim yang tangguh.

Lazio memang tidak memiliki Vieri dan Crespo lagi di lini depan tapi Eriksson punya Marcelo Salas sebagai gantinya. Pasangan Ivan Zamorano di timnas Cile ini kemudian jadi pemimpin di barisan penyerang bersama striker lain seperti Fabrizio Ravanelli, Alen Boksic, Roberto Mancini dan striker muda yang saat ini menjadi pelatih Lazio, Simone Inzaghi.

Salas bukanlah kekuatan utama Lazio meski diakhir musim dirinya berstatus top skor klub. Lini tengah bisa dikatakan sebagai inti kekuatan Lazio kala itu.

Di lini sentral ini Eriksson punya komposisi Juan Sebastian Veron, salah satu playmaker nomor satu dunia di era itu, Pavel Nedved, Diego Simeone, Dejan Stankovic, Matias Almeyda sampai Sergio Conceicao. Kebayang kan bagaimana jadinya deretan gelandang jempolan ini bermain bersama?

 Di lini belakang memang tidak segemerlap lini tengah tapi mereka punya salahsatu The Three Musketers bek tangguh Italia selain Paolo Maldini dan Fabio Cannavaro, yaitu Alessandro Nesta. Bek muda yang juga dipandang sebagai maskot tim itu mengawal lini pertahanan bersama salahsatu bek kiri terbaik dunia Sinisa Mihajlovic. Komposisi yang bikin Luca Marchegiani dibawah mistar gawang bekerja lebih tenang.

Dengan skuad inilah Eriksson kemudian membawa Lazio merebut gelar Scudetto secara dramatis. Mereka unggul satu poin untuk melangkahi Juventus dalam perburuan gelar juara di pekan terakhir. Lawan sama yang mereka hadapi 20 tahun kemudian di masa ini.

Kenangan akan tim terakhir Lazio yang memenangkan Scudetto ini niscaya menumbuhkan optimisme bagi fans Lazio bahwa klub kesayangan mereka bisa memenangkan perburuan gelar juara Liga Italia musim ini. Serie A boleh terhenti karena wabah Covid 19 tapi mimpi indah untuk bertahta lagi di singgasana Scudetto harus terus terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun