Hal serupa juga terjadi kala dirinya hijrah menangani Chelsea. Sarri gagal membawa The Blues bersaing dalam perebutan titel Premier League dan keok di tangan Manchester City pada final Piala Liga Inggris.
Sarri memang membawa Chelsea juara Europa League tetapi lawan yang dikalahkannya adalah "klub sekelas" Arsenal yang tengah dalam fase merenovasi diri.
Sarri adalah pelatih bagus, ini fakta yang harus diakui, tetapi dirinya bukan pelatih bermental juara. Saking minim mental pemenang, gelar Europa League adalah trofi juara perdana Sarri dalam karir kepelatihannya. Juventus kemungkinan besar sudah salah memilih Sarri sebagai penerus tongkat estafet dari Allegri.
Kiprah Juve musim ini menggambarkan hal tersebut. Sampai pekan ke 17 dan akhir tahun 2019, kita mendapati pemandangan yang tidak biasa. Juventus tidak sedigdaya seperti musim-musim sebelumnya, kalau tidak ingin dikatakan bahwa Juventus tampak sangat meragukan untuk bisa tetap berkuasa di akhir musim nanti.
Leonardo Bonucci dkk berada di posisi 2 klasemen Serie A dengan raihan 42 poin, sama dengan Inter Milan di puncak klasemen yang memiliki selisih gol lebih baik.
Terlihat ketat, tapi rasanya ada yang beda dengan Juventus musim ini. Mereka tidak seperkasa biasanya meski masih diperkuat deretan pesepakbola hebat semacam Paulo Dybala, Gonzalo Higuain sampai Cristiano Ronaldo.
Tim di luar 10 besar seperti Fiorentina, Lecce dan Sassuolo bisa-bisanya menahan seri Juventus. Kekurangan mental juara dari sosok Maurizio Sarri langsung terlihat kala Bonucci dkk dibantai Lazio 1-3 dalam dua pertemuan terakhir melawan skuad asuhan Simone Inzaghi. Juventus bahkan sudah harus kehilangan satu gelar juara musim ini usai Lazio menaklukkan skuad racikan Sarri di laga Super Coppa Italy.
Kondisi Juventus berbanding terbalik dengan kompetitor utama mereka dalam perburuan Scudetto musim ini, Inter Milan. Klub asal kota mode Milan itu bertransformasi luar biasa menjadi tim yang lebih solid dan tampak sangat siap merengkuh titel Scudetto musim ini.
Adalah kehadiran Antonio Conte di balik layar yang membuat Inter Milan musim ini tampil lebih meyakinkan sebagai kandidat peraih Scudetto.
Conte adalah sosok pelatih bagus dan sudah terbukti bermental juara. Bagaimana dirinya "menghidupkan kembali" ketajaman Romelu Lukaku adalah salah satu bukti kehebatannya. Striker asal Belgia yang kurang tajam bersama MU itu kini jadi predator ganas di lini depan Inter Milan.
Conte adalah resep juara yang dulu dimiliki Juventus tetapi kini berada di ruang ganti Inter Milan. Sebaliknya Juventus bersama Sarri seperti kehilangan resep juara yang dulu jadi "hak patennya".