Ada dua orang yang menjadi target cemoohan penonton saat timnas Indonesia dibantai Thailand 0-3 pada laga kedua kualifikasi Piala Dunia 2022 di SUGBK (Selasa 10 September 2019). Dua orang itu adalah Andritany Ardhiyasa dan Simon McMenemy
Status kapten tim dan posisinya sebagai orang nomor satu di bawah mistar gawang membuat Andritany jadi sorotan. Dua kekalahan yang dialami tim Garuda dihadapan pendukung sendiri tidak bisa dilepaskan dari kinerjanya yang buruk.Â
Andritany bertanggung jawab pada dua gol Malaysia ke gawangnya dan kecerobohannya di kotak penalti sendiri dimanfaatkan pemain Thailand untuk mendapatkan hadiah penalti.
Meski demikian, cemoohan paling besar datang kepada sosok Simon McMenemy. Pelatih asal Skotlandia inilah yang membuat keputusan untuk memberikan ban kapten kepada Andritany meski dalam skuad tim Merah Putih terdapat sosok seperti Hansamu Yama yang sudah berpengalaman menjadi kapten timnas era Luis Milla.Â
Diluar sosok Hansamu, McMenemy juga masih memiliki "stok kapten" dalam diri Manahati Lestusen dan Ruben Sanadi yang terbiasa menjadi kapten di level klub.
McMenemy bersikukuh bahwa Andritany adalah sosok yang terbiasa tampil di arena sebesar SUGBK bersama Persija. Ini pula yang tampaknya menjadi dasar keputusan untuk tetap menempatkan Penjaga Gawang nomor satu Persija itu saat meladeni Thailand meski performanya dinilai buruk pada laga sebelumnya melawan Malaysia. Keputusan yang tampaknya keliru.
Disamping pemilihan pemain yang tampak kurang pas, racikan strategi McMenemy terlihat tidak berjalan dengan baik. Timnas Indonesia keteteran ditekan Thailand sejak awal laga dan gagal keluar dari kepungan tim Gajah Putih. Apa karena lawannya Thailand? Well, rasanya dengan timnas bermain seperti era Luis Milla, Thailand sekalipun bisa diladeni bahkan mungkin ditaklukkan.
Kalaulah hari ini banyak yang mendadak kangen dengan "Mantan Terindah" bernama Luis Milla, rasanya hal tersebut wajar. Bersama pelatih asal Spanyol itu, tim Garuda tampil cantik dan menarik. Aliran bola berjalan dengan baik antar lini dalam situasi bertahan maupun menyerang.Â
Saking mampu bermain dengan bagus, ketika kalah pun tim asuhan Luis Milla masih mendapatkan permakluman atau bahasa sederhananya kalah terhormat.
Kondisi ini yang dirasakan berbeda dengan tim asuhan Simon. Evan Dimas dkk kalah segala-galanya. Bukan hanya kalah dipapan skor tetapi juga kalah dari segi permainan. Atas dasar tersebut, tidak ada maaf seperti yang biasa diberikan bagi timnas era Luis Milla.
Apakah artinya Simon bukan sosok yang tepat untuk menangani timnas Indonesia? Hmmm, menurut saya jangan terburu-buru menyimpulkan demikian. Bagaimanapun McMenemy bukan Pelatih kacangan. Orang Skotlandia ini adalah alasan mengapa negara jago Bola Basket seperti Filipina bisa-bisanya menembus semifinal AFF Cup 2010 sebelum susah payah dikalahkan oleh Indonesia.