Bagi seseorang yang beragama Islam dan menggemari olahraga sepakbola, mendapati seorang muslim yang sukses di olahraga tersebut membawa kebanggaan tersendiri, apalagi jika sukses itu ditorehkan di Eropa, pusat perhatian penggemar sepakbola seluruh dunia.
Kita tentu masih ingat sebelum final Liga Champions 2018 antara Liverpool melawan Real Madrid digelar sempat muncul perbandingan siapa yang lebih pantas didukung oleh umat Islam. Liverpool punya Mohamed Salah yang sukses memperkenalkan Islam lewat aksi-aksinya diatas lapangan hijau sementara Real Madrid ditangani pelatih muslim yang sudah melegenda, Zinedine Zidane.
Sederhananya, bagi muslim yang netral, siapapun pemenang final Liga Champions tidak menjadi masalah karena dalam dua tim itu terdapat sosok muslim yang memegang peran penting. Pada akhirnya, Zidane bersama Real Madrid lah yang memenangkan laga final Liga Champions 2018. Mohamed Salah sendiri harus mengakhiri aksinya lebih awal karena cedera.
Keberhasilan Zidane membawa Madrid memenangi Liga Champions 3 musim beruntun serta performa gemilang Mohamed Salah pada musim itu bersama Liverpool membuka kembali cerita mengenai kiprah sosok muslim di benua biru. Apalagi ketika Mohamed Salah musim lalu kembali ke final Liga Champions dan kali ini berhasil keluar sebagai juara.
Media kemudian banyak memuat berita tentang penurunan sikap negatif kepada muslim di Eropa khususnya Liverpool berkat sepak terjang Mohamed Salah. Pemain asal Mesir yang kerap melakukan sujud syukur usai mencetak gol itu lantas dianggap berdakwah lewat aksi-aksinya diatas lapangan hijau.
Mereka yang beragama Islam dan beraksi di sepakbola Eropa lewat liga-liga utama seperti Inggris, Italia, Spanyol dan Jerman memang memberikan warna tersendiri bagi klub tempat mereka bermain. Ambil contoh bagaimana Bayern Muenchen membangun masjid untuk menfasilitasi ibadah pemain muslim mereka (Frank Ribbery dan Xherdan Shaqiri) pada tahun 2013.
Situs resmi Bayern menginformasikan bahwa saat itu manajemen klub bersedia membiayai 85% konstruksi bangunan dan 15% sisanya berasal dan fans dan pemain muslim. Komitmen manajemen FC Hollywood tersebut sesungguhnya jauh melebih ekspektasi Ribbery dan Shaqiri yang tadinya hanya menginginkan ruang kecil untuk bisa menjalankan ibadah sholat.
Saya kemudian terlintas sebuah pemikiran, dengan sukses Zidane mencatat hattrick juara Liga Champions sebagai juru taktik Real Madrid dan kiprah Mohamed Salah bersama Liverpool, apa jadinya jika keduanya berada dalam skuad berisikan pemain-pemain muslim yang berkiprah di Eropa? Hmmm, menarik untuk membayangkannya.
Mari kita lihat bagaimana kemungkinan tim muslim terbaik yang ditangani Zinedine Zidane dan dikomandoi Mohamed Salah dalam formasi 4-3-3 :
Kiper -- Samir Handanovic (Inter Milan) : Dalam sebuah komentarnya di Football Italia, manager lama Inter Milan Luciano Spalletti pernah mengatakan bahwa jika Juventus punya sosok krusial seperti Buffon di bawah mistar gawang maka Inter Milan punya Samir Handanovic, Testimoni ini rasanya cukup menjelaskan bagaimana kehebatan Handanovic sebagai kiper di klub papan atas Liga Italia
Bek Tengah - Benjamin Mendy (Man City) : Namanya mencuat kala AS Monaco menjadi kuda hitam yang mengejutkan di Liga Champions musim 2016/2017 dan membuat Pep Guardiola mendatangkannya ke Man City dengan salahsatu nilai transfer termahal untuk seorang pemain bertahan. Piawai bermain sebagai bek kiri, tangan dingin Guardiola lantas memolesnya untuk juga tangguh bermain sebagai bek tengah.