Dari sisi bisnis, keputusan manajemen Leicester tidak bisa sepenuhnya disalahkan meski juga rasanya tetap patut dipertanyakan.
Ranieri sudah membuktikan dirinya mampu menghadirkan keajaiban dengan mengantar Jamie Vardy dkk menjuarai Liga Inggris musim lalu sehingga jika mau berandai-andai, pria Italia ini pun bisa saja menghadirkan keajaiban dengan meloloskan The Foxes dari jurang degradasi.
“Kalau kamu percaya satu hal, bekerja keraslah untuk mewujudkan hal itu” ucap Ranieri saat ditanya optimismenya terkait peluang Leicester bertahan di Premier League.
“Tidak ada yang membicarakan Cagliari di Serie A Italia saat kami selamat pada satu hari sebelum pertandingan terakhir musim 1990/1991” kenang Ranieri menguatkan optimismenya.
Ya, dengan jasa yang sedemikian besarnya, rasanya Ranieri pantas mendapatkan waktu lebih lama untuk berjuang mempertahankan Leicester di Premier League.
Bahkan jika kemudian harga yang harus dibayar dengan mempertahankan Ranieri adalah status Leicester benar-benar terdegradasi, publik masih akan menerimanya jika setelah itu Ranieri diberhentikan.
Hal ini diungkapkan oleh Tony Cottee, mantan pemain Leicester City.
“Ini seperti musim yang normal karena biasanya Leicester ada di papan bawah tidak jauh dari degradasi. Ranieri seharusnya diberi waktu lebih lama dan lebih dihormati. Jika Leicester terdegradasi barulah anda berterimakasih dan move on”
“Tidak akan ada yang bisa menghapus sejarah yang sudah dituliskan Ranieri” kata Jose Mourinho saat menyampaikan simpati atas pemecatan Ranieri.
Gelar Manager Terbaik FIFA Tahun 2016 adalah bukti sahih betapa Ranieri pantas mendapatkan apresiasi berupa kesempatan berjuang menyelamatkan Leicester dari ancaman degradasi sampai laga terakhir musim ini.
Gelar juara Liga Champions Zinedine Zidane bersama Real Madrid dan trofi Piala Eropa 2016 Fernando Santos bersama Portugal yang juga menjadi kejutan terbesar 2016 tidak mampu menandingi magis kisah heroik Ranieri saat menjuarai Liga Inggris bersama Leicester City.