Mohon tunggu...
Bung Rizma
Bung Rizma Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Football Blogger - www.pengamatbola.id dan channel YouTube Bung Rizma

Blogger Pengamat Sepakbola sejak 2012 di blog www.pengamatbola.id. Analis Bola dalam program Football Insight di Berita Satu TV selama 5 tahun (2014 - 2019). Top ten Football Analyst di UC News tahun 2017. Analis di website sponsor salahsatu klub Liga Indonesia pada tahun 2015 dan 2019. Untuk kerjasama hubungi WA 081282126529 Saya pernah rutin tampil sebagai Analis dalam Program Football Insight yang tayang di Berita Satu TV selama 5 tahun (2014 - 2019) Semua ulasan saya bisa dibaca di Blog pengamatbola.id atau ditonton di channel YouTube Bung Rizma

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Siklus 8 Tahun, Memilih Portugal Jadi Juara

9 Juli 2016   14:01 Diperbarui: 9 Juli 2016   14:48 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The pressure is on Ronaldo to perform in France | CREDIT: Telegraph UK

Praktis di bagan ini, CR7 dkk justru menjadi “tim unggulan” bersama Belgia. Portugal sendiri mendapatkan Kroasia sebagai lawan mereka di babak 16 besar.

Suatu keberuntungan bukan?

Bayangkan jika Portugal menjadi juara grup, mereka akan berhadapan dengan Belgia, tim dengan peringkat FIFA terbaik di turnamen ini. Atau pun jika lolos sebagai runner up grup, Portugal bahkan harus meladeni Inggris. Sampai disini terlihat bahwa “ketidakmampuan” Portugal memenangi laga di fase grup adalah jalan takdir mereka untuk menemui anak tangga yang lebih ringan ke fase-fase selanjutnya.

Keberuntungan makin akrab dengan Portugal ketika menaklukkan Kroasia di babak 16 besar. Kroasia, tim yang menundukkan juara bertahan Spanyol sejatinya memenangi permainan tapi tidak pada hasil akhirnya. Mendominasi sepanjang laga, Luka Modric dkk disingkirkan oleh satu gol Ricardo Quaresma jelang babak perpanjangan waktu berakhir.

Portugal kembali mementaskan skenario yang sama di fase perempat final. Meski diatas kertas seharusnya bisa melewati Polandia dengan mudah, anak asuh Fernando Santos membutuhkan drama adu penalti untuk menyingkirkan Lewandowski dkk. Sederhananya, sampai semifinal tim ini tidak sekalipun menang di waktu normal. Disinilah letak keberuntungan Portugal.

Orang-orang boleh mengatakan bahwa Portugal tidak lebih baik daripada Kroasia, Belgia atau Wales, tim-tim yang berada pada bagan “ringan” undian fase gugur Piala Eropa 2016. Faktanya tim ini mampu terus melaju sampai ke laga puncak. Serunya lagi, perjalanan Portugal juga berbicara bahwa tim ini bukan soal keberuntungan semata. Ada perpaduan kualitas teknis di tim ini. Saat CR7 off, masih ada Luis Nani, Ricardo Quaresma dan Renato yang mengisi peran vital sang kapten. Quaresma menunjukkannya di babak 16 besar, lalu Renato di fase perempat final dan Luis Nani memperlihatkannya bersama CR7 di fase semifinal.

Ketiadaan William Carvalho dan Pepe saat laga semifinal juga mampu ditutup dengan baik oleh Danillo dan Bruno Alves. Kemenangan perdana 2-0 di waktu normal saat menyingkirkan Wales menjustifikasi bahwa tim ini punya segala modal yang dibutuhkan untuk bertarung di partai final. CR7 dkk punya modal teknis dan keberuntungan.

Pertanyaannya, sanggupkah modal itu menghentikan tuan rumah di partai final?

Modal teknisi Portugal dan Prancis sejatinya bisa dikatakan nyaris berimbang. Di lini pertahanan kedua tim punya nama besar sekelas Pepe dan Laurent Koscielny, meski Prancis bisa dikatakan sedikit lebih baik karena Koscielny punya rekan-rekan yang sudah teruji seperti Patrice Evra, Adil Rami dan Bacary Sagna. Di lini tengah, Prancis bisa dikatakan memiliki kualitas yang lebih mewah dengan keberadaan Paul Pogba, Matuidi, Kante dan Sissoko.

Portugal?

Mereka punya Willian Carvalho atau Danillo, Ricardo Quaresma, Renato, Joao Mario dan Joao Moutinho. Nama-nama ini jelas belum sefamiliar nama-nama di kubu Prancis, meski tidak ada yang membantah jika setelah Piala Eropa mereka akan menghiasi pemberitaan sepakbola dunia karena kegemilangan performa yang mengantar Portugal ke partai final. Keliatan kalah mengkilap di lini belakang dan tengah, Portugal unjuk kemewahan di lini depan karena factor sang kapten, pemain terbaik dunia, CR7.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun