Satu hal lainnya yang bisa menjadi kunci kesuksesan Atletico menjuarai La Liga musim ini adalah fakta konsistensi Atletico untuk tetap berada pada level terbaik meski ditinggal pemain-pemain bintang.
Sebuah catatan unik terbentang menjelaskan hal ini.
Saat kehilangan mesin gol sekelas Fernando Torres, mereka mendapatkan gantinya dalam diri Sergio Aguero.
Ketika Aguero berlalu, mereka mendapati Falcao sebagai penggantinya sebagaimana halnya saat Falcao pergi muncullah Diego Costa.
Pun demikian saat Costa berganti kostum Chelsea, mereka mendapati Mandzukic dari Bayer Muenchen dan Antoine Griezmann yang mendadak tajam.
Tambahkan lagi saat kehilangan David De Gea dibawah mistar gawang, Atletico “dengan mudahnya” mengorbitkan Thibaut Courtois.
Kedua kiper muda ini bahkan berdiri di deretan kiper terbaik di dunia saat ini.
Atletico menunjukkan bahwa kunci kekuatan utama mereka bukan pada sosok pemain bintang sebagaimana Barcelona mengedepankan trio Messi Neymar Suarez atau Real Madrid yang masih mengandalkan Bale Benzema CR7.
Atletico berada pada level terbaik mereka lewat identitas gaya bermain mereka yang mengandalkan kolektivitas team, sangat taktis dan efektif.
Hal itu terlihat pada hasil maksimal yang mereka raih saat team mampu mencetak gol “secukupnya” dan menjaga pertahanan mereka tetap kokoh dan sulit ditembus lawan.
Dan hal tersebut terpapar jelas pada klasemen per 31 Desember 2015 saat Diego Simeone membawa Atletico menempati posisi kedua klasemen sementara La Liga diantara hingar bingar pemberitaan seputar kedahsyatan trio Messi Neymar Suarez di Barcelona dan trio Bale Benzema CR7 di Real Madrid.