Dikutip dari beberapa situs, awal mula peringatan malam Nifsu Sya'ban pertama kali dilakukan oleh para Tabi'in (generasi setelah Sahabat Nabi) penduduk Syam, yakni Khalid bin Ma'dan (perawi dalam Bukhari dan Muslim), Makhul (perawi dalam Bukhari dan Muslim), Luqman bin 'Amir (al-Hafidz Ibnu Hajar menilainya 'jujur') dan lainnya. Mereka memuliakan malam Nifsu Sya'ban tersebut dengan sungguh-sungguh dalam melakukan ibadah walaupun terdapat perbedaan dalam memuliakan malam tersebut.
Pertama, ada yang menganjurkan melakukan ibadah secara bersama-sama di masjid-masjid, seperti yang dilakukan Khalid bin Ma'dan, Luqman bin Amir dan lainnya, mereka memakai pakaian terbaiknya, memakai minyak wangi, memakai celak mata, dan berada di masjid. Hal tersebut disepakati oleh Ishaq bin Rahuwaih (salah satu Mazhab yang muktabar) lalu ia mengatakan bahwa ibadah malam Nifsu Sya'ban secara berjamaah di masjid bukanlah bid'ah. Kedua, al-Auza'i, imam ulama Syam, ahli fikih alim berpendapat memakruhkan berkumpul di masjid dimalam Nifsu Sya'ban untuk shalat, mendengarkan cerita-cerita, dan berdoa kecuali jika orang tersebut melaksanakan shalat (sunah mutlak) sendirian. Â
Dari adanya merekalah kemudian orang-orang ikut memuliakannya. Hal tersebut lalu menyebar di berbagai negera Islam, tetapi kemudian muncul perbedaan pandangan terhadap cara menyikapi malam Nifsu Syaban oleh para ulama. Diantara mereka ada yang menerimanya, yakni seperti para ulama di Bashrah (Irak). Ada juga yang mengingkarinya yang kebanyakan ulama Hijaz (Makka dan Madinah) seperti Atha', Ibnu Abi Mulaikah, dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari ulama Madinah dan beberapa ulama Malikiyah berpendapat dengan mengatakan: "Semuanya adalah bid'ah".
Di tahun 2022 ini, Nifsu Sya'ban jatuh di hari Jumat, 18 Maret 2022 karena perhitungan malam Nifsu Sya'ban yakni pertengahan di bulan Sya'ban. Tetapi, pada malam Kamis, 17 Maret 2022 masyarakat sudah melaksanakan malam Nifsu Sya'ban. Pada malam Nifsu Sya'ban ini, umat Islam dianjurkan untuk sungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah. Namun, terdapat pemahaman yang beredar mengenai amalan di malam Nifsu Sya'ban yaitu mengharuskan shalat sekian rakaat, memasifkan bacaan Al-Qur'an di malam hari dan melaksanakan ibadah puasa sunah Nifsu Sya'ban di siang hari. Tak sedikit pula yang membaca surat Yasin. Hal tersebut membuat salah kaprah karena bukan berasal dari hadist yang sahih, melainkan dari hadist yang palsu.
Menurut Ustadz Adi Hidayat dalam kanal YouTube Batas Narasi yang membahas "Hadist Shahih dan Hadist Palsu Seputar Nifsu Sya'ban", banyak amalan-amalan pada malam Nifsu Sya'ban yang justru berasal dari hadist palsu. Ustadz Adi Hidayat menyebutkan contohnya dapat ditemukan dalam kitab Ibnu Majah, atau Sunan Al Baihaqi Syuabul Iman, atau kitab silsilah Al-Hadist Al Dha'ifah karya Syekh Muhammad Nasrudin Albani. Salah satu contoh yang diambil yakni riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Abi Sorbah yang berbunyi, "Jika telah tiba malam di pertengahan bulan Sya'ban, maka hidupkan malamnya dengan banyak menunaikan sholat, dan siangnya lakukan dengan puasa. Maka siapapun yang memohon ampunan kepada Allah SWT maka Allah SWT akan mengampuninya". Ustadz Adi Hidayat menyatakan bahwa hadist tersebut merupakan hadist palsu karena Ibnu Abi Sorbah adalah orang pertamanya yang dinilai oleh para ulama sebagai orang yang kerap memalsukan hadist. Selain itu, terdapat juga hadist palsu yang cukup populer terkait malam Nifsu Sya'ban yakni menyebutkan bahwa pada saat pertengahan Sya'ban, buku amalan manusia ditutup, padahal buku catatan amalan manusia akan ditutup kecuali mereka telah wafat.
Sementara hadist yang sahih merupakan riwayat dari Abu Musa Al Asy'ari yang dapat ditemukan dalam silsilah Al Hadist As Sahihah dari Syekh Muhammad Nasrudin Albany. Hadist tersebut berisikan bahwa Allah SWT menyampaikan, mengamati kepada hamba-Nya di malam pertengahan Sya'ban, dan mengampuni yang memohon ampunan, sekalipun sebanyak bulu domba. Pada hadist sahih tersebut terlihat bahwa Nabi tidak menyebutkan secara spesifik amalan apa saja yang dilakukan di malam Nifsu Sya'ban.
Dikutip dari situs islam.nu.or.id, pada malam Nifsu Sya'ban telah disematkan beberapa nama agung yang tidak disematkan di malam-malam lainnya seperti dalam salah satu kitab dari Al-Hafiz al-Muhaddits Syekh Salim. Pertama, malam yang diberkahi (Mubarakah), karena pada malam tersebut Allah memerintahkan malaikat-malaikat agar turun dan menebar kebaikan kepada manusia. Selain itu, menurutnya, keberkahan juga dirasakan dengan bertambahnya air zamzam. Kedua, malam pembagian takbir (Qismah wa at-Takdir), Allah SWT mengutus malaikat-Nya agar turun ke bumi untuk menentukan takdir kepada semua manusia, seperti rezeki, jodoh, mulia, hina, pangkat, pernikahan, dan lainnya. Ketiga, malam penghapusan dosa (at-Takfir), pada malam Nifsu Sya'ban Allah SWT mengampuni semua dosa-dosa hamba-Nya selama satu tahun yang terhitung mulai malam tersebut hingga malam pertengahan bulan Sya'ban (Nifsu Sya'ban) selanjutnya.
Keempat, malam diterimanya doa (al-Ijabah), diterimanya semua doa yang dipanjatkan oleh hamba-Nya di malam Nifsu Sya'ban. Kelima, malam kehidupan (al-hayat), ketika pada malam Nifsu Sya'ban umat muslim beribadah kepada Allah SWT, maka tidak akan dimatikan hatinya ketika hati semua manusia mati. Atau dapat diartikan bahwa, ketika semua makhluk-Nya senang akan dunianya dan lupa akan akhirat, maka Allah SWT tidak akan membiarkan orang beribadah pada malam tersebut ikut terlena akan dunia. Keenam, hari raya malaikat, para malaikat juga memiliki dua hari raya seperti manusia, tetapi hari raya yang dimiliki para malaikat yakni ketika malam pertengahan bulan Sya'ban dan malam Lailatul Qadar. Dan yang lainnya yakni malam syafaat, malam kemerdekaan (al-'Itqu), malam pembebasan (al-Baraah), dan malam hadiah (al-Jaizah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H