Islam sebagai salah satu instrumen utama dalam membentuk karakter dan membangun peradaban umat, memiliki potensi besar untuk menjadi pilar utama dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya di dunia Muslim. Namun, dalam banyak konteks, sistem pendidikan Islam seringkali terjebak dalam dinamika politik yang lebih luas, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Politik pendidikan Islam tidak hanya sekadar mencakup kebijakan-kebijakan terkait penyelenggaraan pendidikan, tetapi juga ideologi yang mengatur bagaimana pendidikan itu dipahami, diajarkan, dan diimplementasikan dalam konteks keagamaan dan sosial.Secara sederhana, politik pendidikan Islam merujuk pada cara-cara di mana keputusan-keputusan pendidikan yang bersifat politik dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam, baik itu dalam bentuk kebijakan pemerintah, lembaga pendidikan, ataupun gerakan masyarakat. Politik pendidikan Islam berusaha untuk menemukan keseimbangan antara kebutuhan untuk modernisasi dan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dengan kebutuhan untuk mempertahankan nilai-nilai keislaman yang kuat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mencakup berbagai aspek, dari kurikulum yang diajarkan hingga pengelolaan lembaga pendidikan, dari pengaruh kebijakan negara hingga dinamika sosial yang terbentuk di masyarakat.Sejarah Politik PendidikanSecara historis, pendidikan Islam telah menjadi bagian integral dari peradaban Muslim. Pada masa kejayaan Khilafah Islam, seperti di era Abbasiyah dan Umayyah, pendidikan Islam berkembang pesat dengan pendirian institusi-institusi pendidikan seperti rumah sakit, madrasah, dan universitas (seperti Al-Qarawiyyin di Maroko dan Al-Azhar di Mesir). Pada masa itu, pendidikan Islam tidak hanya berfokus pada ilmu agama, tetapi juga mencakup sains, matematika, filsafat, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya.Namun, sejak kolonialisasi dan modernisasi, banyak negara Muslim yang mengalami disorientasi dalam sistem pendidikan mereka. Pendidikan Islam seringkali dipinggirkan atau bahkan dipolitisasi oleh kekuatan luar atau penguasa yang berusaha menggantikan model pendidikan tradisional dengan sistem pendidikan Barat. Perubahan tersebut menimbulkan ketegangan antara pemahaman pendidikan Islam yang klasik dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan zaman.
Dimensi Politik dalam Pendidikan Islam
1. Politik Negara dan Pendidikan Islam
Salah satu dimensi utama dari politik pendidikan Islam adalah hubungan antara negara dan lembaga pendidikan. Di negara-negara Muslim, sering kali terdapat ketegangan antara sekularisasi pendidikan yang dipromosikan oleh pemerintah dengan upaya untuk menjaga identitas keislaman dalam pendidikan. Sebagai contoh, di beberapa negara seperti Turki dan Tunisia, telah terjadi upaya untuk menghilangkan pengaruh agama dari pendidikan publik. Sebaliknya, ada pula negara-negara yang mencoba memperkuat nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan mereka, seperti Arab Saudi dan Iran, dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip syariat dalam kurikulum dan struktur lembaga pendidikan.Negara-negara ini memanfaatkan pendidikan sebagai alat untuk membentuk karakter warga negara yang sesuai dengan visi politik mereka, baik itu yang berbasis pada sekularisme atau fundamentalisme agama. Dalam konteks ini, pendidikan Islam menjadi sarana untuk mempertahankan atau memperjuangkan kekuasaan politik, dan sering kali digunakan untuk memajukan agenda tertentu yang memiliki dampak jangka panjang terhadap masyarakat.
2. Ideologi Pendidikan Islam
 Politik pendidikan Islam juga sangat terkait dengan ideologi yang berkembang di dunia Muslim. Dalam beberapa dekade terakhir, ada kebangkitan ideologi Islam konservatif yang mendorong penekanan pada ajaran agama dalam pendidikan, seperti yang terlihat dalam gerakan-gerakan seperti Salafi dan Ikhwanul Muslimin. Gerakan-gerakan ini percaya bahwa pendidikan harus sepenuhnya berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah dan ajaran Islam yang murni, tanpa ada campur tangan dari nilai-nilai sekuler atau Barat.
Di sisi lain, ada juga gerakan yang lebih moderat dan inklusif dalam pendekatan pendidikan Islam, yang mengusung ide untuk mengintegrasikan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan modern, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar Islam. Di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, upaya untuk menciptakan kurikulum pendidikan yang menggabungkan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan umum telah menjadi bagian penting dari politik pendidikan.
3. Peran Lembaga Pendidikan IslamMadrasah, pesantren, dan universitas Islam menjadi bagian tak terpisahkan dari politik pendidikan Islam. Lembaga-lembaga ini memainkan peran ganda: sebagai tempat untuk mengajarkan ilmu agama sekaligus sebagai pusat kebudayaan dan perlawanan terhadap dominasi budaya Barat. Di negara-negara seperti Indonesia, pesantren memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk pola pikir masyarakat, khususnya dalam hal pendidikan karakter dan moral.
Namun, lembaga-lembaga pendidikan Islam sering kali menghadapi tantangan besar dalam hal pendanaan dan pengakuan dari pemerintah. Banyak dari lembaga ini beroperasi dengan sumber daya terbatas dan tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari negara. Hal ini menciptakan kesenjangan antara pendidikan Islam formal dan pendidikan umum yang dikelola oleh negara, meskipun keduanya sering kali bertujuan untuk membangun masyarakat yang beradab.
Â
4. Pendidikan Islam dalam Konteks Globalisasi
 Globalisasi memiliki dampak besar terhadap politik pendidikan Islam. Pengaruh budaya Barat, perkembangan teknologi, dan arus informasi global membawa tantangan besar bagi sistem pendidikan Islam tradisional. Pendidikan agama di banyak negara Muslim mulai dipengaruhi oleh nilai-nilai global yang lebih sekuler dan pragmatis. Di sisi lain, ada juga upaya untuk menjaga murninya ajaran Islam di tengah gempuran ideologi global tersebut. Salah satu isu utama adalah bagaimana dunia Islam dapat menjaga identitasnya sambil tetap berpartisipasi dalam dinamika global yang semakin berkembang. Di tingkat internasional, politik pendidikan Islam juga terlihat dalam cara negara-negara Muslim memformulasikan kebijakan pendidikan mereka agar sesuai dengan tuntutan global. Negara-negara seperti Uni Emirat Arab dan Qatar berinvestasi besar dalam pendidikan tinggi, membangun universitas-universitas yang menawarkan pendidikan berstandar internasional, namun tetap memegang teguh prinsip-prinsip Islam dalam nilai-nilai yang diajarkan.
Di masa depan, politik pendidikan Islam akan menghadapi berbagai tantangan dan peluang. Beberapa tantangan utama termasuk:
Konflik antara modernisasi dan konservatisme:
Di satu sisi, ada dorongan kuat untuk mengadopsi sistem pendidikan yang lebih modern dan berbasis pada teknologi. Di sisi lain, ada tekanan untuk menjaga nilai-nilai Islam dan tradisi yang telah berkembang selama berabad-abad.
 Pendidikan dalam dunia digital:Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi menciptakan dunia yang semakin terhubung, yang berarti pendidikan Islam harus mampu beradaptasi dengan cepat, baik dalam hal konten maupun metode penyampaian. Hal ini menciptakan peluang besar untuk pendidikan jarak jauh, tetapi juga tantangan dalam memastikan kualitas dan integritas ajaran Islam.
Reformasi Kurikulum:
Ada kebutuhan mendesak untuk merumuskan kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman, yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan agama, tetapi juga keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan global. Mengintegrasikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan prinsip-prinsip Islam menjadi pekerjaan besar bagi para pemikir dan pembuat kebijakan.
Peran masyarakat:
Pendidikan Islam tidak hanya tugas pemerintah atau lembaga pendidikan, tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Komunitas Muslim harus proaktif dalam mendukung pendidikan, baik melalui pembiayaan, partisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan, maupun dengan memberikan dorongan untuk pendidikan moral dan etika berbasis Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H