"Don't worry about a thing, cause everylittle thing gonna be alright...."
--- Bob Marley&The Wailers
"A man is but the product of his thoughts. What he thinks, he becomes"
--- Mahatma Ghandi
Kehidupan akan terus berjalan. Waktu akan terus berputar. Dunia pun akan terus berevolusi. Begitupun, takdir. Tidak ada nasib yang buruk. Tidak ada kesempatan yang tidak ada. Tidak ada takdir yang salah. Semuanya sudah sedemikian diatur oleh Tuhan. Lalu untuk apa kita terus mencemaskan kehidupan jika semuanya sudah diatur sedemikian rupa? Mengapa usaha yang terus dilakukan tidak berbuah hasil yang manis? mengapa orang lain begitu mudah menjalani kehidupannya?
Ssst, Tenang...
Pertanyaan tersebut mungkin menjadi satu dari sekian banyak pertanyaan yang sering kita alami. Betul?. Kecemasan, Rasa takut. Perasaan Bersalah. Perasaan tidak puas, dsb. Hal tersebut adalah wajar. Karena kita manusia. Iya, manusia yang memiliki hati untuk merasakan apa yang sedang kita alami. Senang, sedih, bahagia, kecewa adalah bagian dari hidup. Akan tetapi, yang perlu kita koreksi dan evaluasi terhadap diri kita adalah cara menyikapi nya.
Tulisan kali ini, Gue bukan akan membahas gimana cara mengatasi nya. Gue ga akan ngebahas apa yang harus lo lakukan. Karena gue pun merasakan hal yang sama, dan semua solusi itu tidak semudah apa yang orang tulis atau katakan.
Gue hanya akan mengajak kalian berkeliling ke fase yang bernama "Quarter Life Crisis". Yups, fase yang menurut gua adalah pencarian jati diri manusia. Biasanya fase ini terjadi rentang usia 20-30 tahun, sebelum lo menemukan jati diri lo!
Bagi gue, fase ini adalah fase yang cukup menyulitkan diri gue agar tetap waras di dunia yang serba cepat ini. Bagaimana tidak? ketika digitalisasi sudah merabah ke seluruh pelosok negri, lo bisa mengakses dengan mudah apa yang ingin lo lakukan, bahkan tanpa diri lo akan di giring ke hal hal yg lo belum ada di pikiran lo. Ketika Informasi begitu marak menyebar, orang akan dengan mudah membentuk pandangan yang bahkan dalam sepersekian detik akan mempengaruhi mental dan pikiran lo.
Ketika lo merasa down dan sosmed tidak lagi menjadi tempat yang pelarian yang nyaman. karna diri lo akan menganggap semua hal yang lo liat adalah bentuk intimidasi terhadap diri lo. Orang dengan bangga akan memposting hasil pencapaian mereka, dan lo akan merasa pencapaian lo sia sia krna masih belom ada di posisi dia. Atau, lo akan iri melihat hal hal kecil yang ada di sosmed dan "membandingkan" diri lo yang sangat jauh dari apa yang lo miliki. Benar?
Setelahnya, lo akan merasa diri lo tidak ada artinya lagi. Lo akan merasa dunia tidak berpihak ke diri lo. Lo melihat tidak ada yang peduli dengan keadaan diri lo. Bahkan, lo terus membayangkan bagaimana masa depan gue? karir gue? percintaan gue. Seolah energi lo udah abis , padahal lo tidak sedang melakukan apa apa.
Bagi gue, Quarter Life Crisis akan terus menghantui diri lo! mengapa? karena lo diseret untuk fokus ke pencapaian orang lain. Padahal, lo itu berharga. kemampuan yang ada di diri lo, belom tentu orang lain miliki. Ya, lo itu hebat fren! Lo itu punya value. Cuma lo tidak melihat itu sebagai nilai bagi diri lo.