Pada Modul kali ini kami berkunjung ke sebuah kampung yang terletak di kabupaten Cimahi. Untuk kali ini kami modul Nusantara inbound upi pergi ke kampung Cirendeu dengan 3 kelompok dengan menggunakan bis Universitas Pendidikan Indonesia.Â
Jadi di pagi hari kami pergi berkumpul di gina siung Universitas Pendidikan Indonesia untuk mendapatkan briefing dan atau arahan dengan segala peraturan-peraturan yang ada untuk pergi ke kampung Cirendeu.
Peraturan yang paling mencolok adalah kami tidak boleh memakai baju merah dan kami diberitahu bahwa kami akan menaiki gunung dengan tidak memakai alas kaki sampai kepada puncak.
Selanjutnya kami terbagi menjadi 2 sesuai dengan Bus yang ada. Dalam perjalanan kami memasang musik agar perjalanan tidak terasa. Â Dengan menempuh jarak sekitar 30 menitan kami sampai ke kampung Cirendeu.
Kampung Cirendeu hidup dalam lingkungan yang heterogen ( beragam ) muslim, sunda wiwitan. Hidup di  kampung ini menjunjung tinggi toleransi, karna leluhur sunda wiwitan mengatakan berbeda pengakuan tetapi satu pengertian, yang pengertianya tidak berbeda dengan Bhineka Tunggal Ika ( Berbeda beda tetapi tetap satu jua ). Â
Jadi warga sunda wiwitan memahami pengajaran yang ditentukan oleh para leluhur leluhur yang di jalankan dengan sadar dan penuh pemaknaa
Nilai sunda wiwitan adalah kesadaran akan diri sendiri yang dimulai dari pertanyaan siapa saya, akhirnya mempunyai Tujuan untuk bereligius.
Menurut keyakinan Sunda Wiwitan, memiliki prinsip kodratin dimana kita dilahirkan untuk bertumbuh sebagai manusia yang memiliki hati nurani, nilai religius dalam sunda wiwitan Kebaikan  ( Dimana mereke berprinsip bahwa KeTuhan itu berbicara tentang kebaikan terhadap sesama dan kepada Tuhan sendiri).
Juga, Manusia berkodratin dengan rasa kasih sayang dimana manusia aslinya memiliki kasih sayang
Dalam sistem diskusi ada yang bertanya tentang bagaimana tata cara ibadah Sunda Wiwitan.
Tata cara ibadah Sunda Wiwitan: