Dunia ini indah karena ada laki-laki dan perempuan, mereka selalu berpasang-pasangan satu sama lain untuk melanjutkan keturunan. Keturunannya bisa saja laki-laki tau perempuan. Namun seringkali di ketahui bahwa setiap orang tua pasti memiliki keinginan yang berbeda terhadap anaknya yang akan terlahir nanti. Apakah laki-laki ataupun perempuan.
Tentunya mereka memiliki alasan yang berbed-beda, ketidaksetaraan gender ? itulah penyebabnya. Sejatinya anak laki-laki dan perempuan sama saja, sama-sama anugerah dan titipan Illahi, namun anggapan ketidaksetaraan itulah yang membuat mereka kebanyakan menginginkan anak laki-laki daripada perempuan karena laki-laki dianggap memiliki derajat yang tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Laki-laki misalnya peluang menjadi direktur sangatlah tinggi sedangkan perempuan tidak, perempuan memiliki prosentase tinggi sebagai ibu rumah tangga atau hanya pekerja pabrik.
Perbedaan peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan sering menjadi faktor ketidaksetaraan gender , padahal semuanya bisa terjadi asalkan benar-benar ada usaha. Perempuan bisa saja menjadi seorang direktur jika memang individu perempuan itu mampu bersaing dengan laki-laki yang idealis di bidangnya ketidaksetar.
Terkadang pemahaman yang salah tentang perempuan harus di dapur dan laki-laki yang bekerja juga merupakan faktor pendorong ketidaksetaraan gender, hal itulah yang menuntut dan menjadi aturan hingga sekarang terhadap laki-laki dan perempuan.
Jika kita tarik ulur sejarah, seorang Robiah Al-Adawiyah ikut berperang dalam perjuangan islam juga tidak berbeda dengan Saad Bin Abi Waqqas seorang laki-laki yang juga berperang dalam perjuangan Islam. Di Indonesia juga menolak lupa jika kita punya Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia seorang pahlawan perjuangan Indonesia dari aceh juga sama dengan Pangeran Diponegoro berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Darisitulah bisa disimpulkan bahwa semua gender itu sama-sama bisa menjalankan peran dan fungsi satu sama lain, tergantung dari bagaimana usaha masing-masing gender didalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H