"Pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa, apabila kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi maka "malapetaka", oleh karena itu perlu usaha secara besar-besaran, radikal, dan revolusioner"
- Ir Soekarno
Indonesia sebagai negara agraris, terkenal sebagai Gemah Ripah Loh Jinawi, artinya kekayaan alam yang berlimpah. Karena dari sisi geografis, Indonesia merupakan negara tropis, yang subur serta mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun, selain itu dengan banyaknya jumlah gunung yang memuntahkan bahan organik, maka Indonesia terkenal sebagai negeri yang subur dan sangat potensial untuk dikembangkan sektor pertaniannya, dan guru SD sampai SMA kita pun mengajarkan bahwa, mengapa banyak negara eropa hadir ke Indonesia? karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, bahkan Belanda dan Portugis pun mati-matian mempertahankan Indonesia dengan segala kemampuan demi menguasai Nusantara, karena tergiur dengan melimpahnya sumber daya alam pertanian Indonesia.
Petani, Riwayatmu Kini
Melihat kondisi geografis serta historis rakyat Indonesia, Maka tak heran jika sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2009, jumlah petani total mencapai 44% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 46,7 juta jiwa. Walaupun mendominasi jumlah pekerja di Indonesia, namun apakah pertanian menjadi sektor pertanian yang dilirik oleh rakyat? data tahun 2014 membuktikan bahwa jumlah petani tahun 2014 berjumlah 35,54 juta orang, artinya dalam jangka waktu lima tahun, sudah menurun sekitar 11 juta orang, dan hal ini menjadi tamparan bagi Indonesia,
Selain penurunan jumlah petani di Indonesia, dari segi kelompok usia petani muda Indonesia yang seharusnya menjadi penerus masa depan dunia pertanian Indonesia, umur petani muda Indonesia semakin sedikit. Data BPS tahun 2013, tentang sensus pertanian dan kelompok umur petani ialah, jumlah petani muda di kelompok 25-35 sebanyak 3.129.644 orang. Semakin usia ke bawah pun semakin sedikit. Pada kelompok usia 15-24 tahun, jumlah petani hanya 229.943 orang. Jumlah paling sedikit pada kelompok di bawah usia 15 tahun, yakni 3.297 orang.
'Le, Ojo Dadi Petani, koe kuliah wae dadi sarjana, dadi karyawan, gajine akeh', ucapan ini sering terdengar dari orang tua yang bekerja sebagai petani, mereka mengganggap bahwa pekerjaan petani tidak memilki masa depan yang baik, sehingga orang tua melarang anaknya menjadi petani, hal ini menyebabkan regenerasi petani menjadi buruk. Sebenarnya hal ini merupakan hasil dari efek domino akibat dari kebijakan ataupun iklim dunia pertanian yang tidak menguntungkan, sehingga berefek kepada banyak hal, salah satunya adalah regenerasi pertanian yang akan sangat berpengaruh terhadap masa depan dunia pertanian Indonesia, menjadi tulang punggung penyedia pangan bagi 260 juta rakyat Indonesia.
Petani dan Desa
Berbicara pertanian, maka sangat erat kaitannya dengan desa, dimana mayoritas masyarakatnya masih mengandalkan alam untuk penghidupannya. Desa menjadi penyokong utama dalam dunia pertanian di negara manapun, oleh karena itu pembangunan pertanian sangat erat dengan pembangunan pedesaan.
Simpulan dari paragraf diatas adalah, bahwa penyokong pangan utama adalah berasal dari desa itu sendiri. Desa menjadi tempat (pabrik) pangan besar-besaran untuk masyarakat yang hidup di perkotaan, yang mereka notabenenya tidak bisa menghasilkan pangan sendiri dan harus di distribusikan dari desa, maka desa adalah tulang punggung utama pangan Indonesia !
Pergeseran Pola Pekerjaan Pemuda Desa