Mohon tunggu...
Mochamad Rizki Fitrianto
Mochamad Rizki Fitrianto Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer Writer

Menulislah agar dipahami, bicaralah supaya didengar, dan membacalah untuk mengembangkan diri - Gus Dur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepercayaan Masyarakat Jawa terhadap Kemunculan Lintang Kemukus dengan Datangnya Pageblug

29 April 2020   09:38 Diperbarui: 29 April 2020   09:40 9330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu yang mengungkapkan hal tersebut adalah Aristoteles. Filsuf berpengaruh yang hidup era Yunani Kuno itu berpandangan bahwa komet atau bintang berekor adalah salah satu isyarat pembawa kabar akan datangnya suatu bencana.

Kehadiran komet Halley beberapa tahun silam juga dikaitkan dengan peristiwa meninggalnya Julius Caesar di era Romawi, juga hancurnya penduduk asli Inggris dalam pertempuran Hasting tahun 1066 serta meletusnya Perang Dunia 1 di abad ke--20.

Di Indonesia, penampakan komet Halley yang terjadi pada tahun 1910 juga dihubungkan dengan mewabahnya pes yang merenggut puluhan ribu jiwa penduduk di Jawa.

Terkait dengan dinamika yang ada dalam kepercayaan masyarakat jawa tersebut ada anggapan bahwa pandemi covid 19 yang terjadi saat ini juga memiliki keterkaitan dengan munculnya Komet Atlas (C/2019 Y4) yang pertama kali menampakkan wujudnya pada 28 Desember 2019.

Kehadiran komet ini pertama kali teramati melalui sistem penyigian langit robotik ATLAS (Asteroid Terestrial--impact Last Alert System) dengan senjata teleskop pemantul 50 cm di Observatorium Gunung Mauna Loa, Hawaii (Amerika Serikat).

Namun kembali lagi, hal tersebut merupakan ilmu atau ajaran peninggalan leluhur yang telah ada dan secara turun temurun berkembang di masyarakat. Keberadaanya kita anggap sebagai penambah khasanah dan wawasan keilmuan kita, bukan sebagai sesuatu yang harus diterima secara mutlak dan hakiki.

Tetapi sebagai manusia kita dituntut untuk menggunakan perasaan dan akal secara seimbang, oleh karenaya banyak juga ajaran di luar peninggalan leluhur oarang jawa yang jika diamati secara seksama hampir memiliki kesamaan satu dengan lainya.

Ajaran tersebut menilai bahwa manusia adalah bagian tak terpisahkan dari suatu tatanan kosmis atau alam semesta. Oleh karenanya hingga saat ini banyak tradisi atau ajaran bersifat teologi yang mengajarkan kita sebagai manusia untuk menjaga keselarasan dan keserasian dengan alam. 

Ada satu pendapat menarik terkait dengan korelasi antara datangnya pageblug/wabah dengan datangnya komet dalam lingkup menjaga keserasian dengan alam "semesta", wabah penyakit yang menimpa manusia adalah pertanda tentang adanya ketidakseimbangan mikrokosmos.

Adapun kemunculan lintang kemukus sebagai fenomena keluarnya komet dari orbit merupakan pertanda adanya ketidakseimbangan pada makrokosmosnya. Lalu benarkah demikian, Wallahua'lam

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun