agama yang terlalu kaku dan tidak mau melihat perkembangan menjadi faktor.
Pergeseran dari masyarakat agraris ke masyarakat perkotaan dan modernisasi dapat membawa perubahan dalam cara orang memandang dunia dan kehidupan mereka. Nilai-nilai yang lebih bersifat sekuler dan materialistik mungkin lebih mendominasi dalam masyarakat urban modern. konsepdi bidang teologi contohnya Dogma atau doktrin yang dianggap sebagai kebenaran mutlak mungkin perlu di tinjau ulang lagi, Â beberapa kasus dogma atau doktrin itu tidak mampu menjawab masalah masalah yang ada. karena faktor peraturan yang ketat, takut terhadap kritik, pengaruh budaya dan tradisi sehingga meragukan atau mempertanyakan agama akan di anggap melanggar norma sosial.. dan berakibat pada kemandekan berpikir karena terlalu takut untuk mengambil keputusan baru yang di perlukan masyarakat saat ini.yang kita perlukan saat ini adalah pemikiran pemikiran teologis yang menyentuh pada persoalan praktis yang terjadi saat ini untuk kepentingan umat manusia.Â
Masyarakat modern sering kali mendorong pemikiran kritis dan kebebasan berpikir. Orang lebih cenderung untuk bertanya dan mempertanyakan dogma agama. akibat semakin banyaknya individu yang mengembangkan pandangan dunia mereka sendiri, terlepas dari norma-norma agama tradisional.
Pendidikan agama, meskipun memiliki nilai-nilai positif bagi banyak orang, juga dapat memiliki beberapa keterbatasan. Berikut adalah beberapa keterbatasan yang mungkin terkait dengan materi pendidikan agama:
  1. Subjektivitas Interpretasi:
    Pluralitas Kepercayaan: Keterbatasan mendasar dalam pendidikan agama adalah keberagaman keyakinan dan interpretasi agama. Pendidikan agama sering kali mengajarkan satu sudut pandang atau interpretasi tertentu, yang dapat membuat siswa kurang terpapar pada keragaman kepercayaan dan pandangan.
  2. Konflik dengan Kebebasan Beragama:
    Pengajar dan Siswa dengan Keyakinan Berbeda: Materi pendidikan agama tertentu mungkin bersifat mendiskriminatif atau membatasi kebebasan beragama siswa yang memiliki keyakinan yang berbeda dari apa yang diajarkan.
  3. Kurangnya Keselarasan dengan Ilmu Pengetahuan Modern:
    Ketidakselarasan dengan Sains dan Pengetahuan Modern: Beberapa aspek doktrin agama mungkin tidak selaras dengan penemuan ilmiah terkini atau gagasan-gagasan modern. Ini dapat menciptakan ketidaksesuaian antara pengajaran agama dan ilmu pengetahuan.
  4. Tidak Menyentuh Aspek Sekular:
    **Keterbatasan dalam Menangani Aspek Sekular: ** Beberapa program pendidikan agama mungkin tidak menyentuh aspek-aspek sekular kehidupan atau tidak memberikan alat pemikiran untuk menghadapi situasi atau tantangan kehidupan sehari-hari yang bersifat sekular.
  5. Keterbatasan Dalam Memahami Nilai-Nilai Lain:
    Kurangnya Pemahaman Terhadap Nilai-Nilai Non-agama: Terkadang, pendidikan agama dapat fokus pada nilai-nilai agama tanpa memberikan pemahaman yang memadai tentang nilai-nilai etika, moral, atau kemanusiaan yang mungkin dianut oleh individu atau kelompok non-agama.
  6. Risiko Indoktrinasi:
    Indoktrinasi Ideologis: Materi pendidikan agama yang dipresentasikan dengan cara yang tidak kritis atau tendensius dapat meningkatkan risiko indoktrinasi, di mana siswa diberikan pemahaman tunggal dan tidak memberikan ruang untuk pemikiran kritis.
  7. Keterbatasan dalam Mempromosikan Keragaman dan Toleransi:
    Kurangnya Fokus pada Toleransi: Materi pendidikan agama mungkin kurang memberikan penekanan pada nilai-nilai toleransi, keragaman, dan penghargaan terhadap pandangan dan keyakinan yang berbeda.
Penting untuk diingat bahwa keterbatasan-keterbatasan ini tidak berlaku untuk semua program pendidikan agama, dan banyak upaya telah dilakukan untuk mengembangkan kurikulum yang mencerminkan keberagaman masyarakat dan nilai-nilai universal. Pendekatan pendidikan agama yang inklusif, membuka ruang untuk dialog antarkepercayaan, dan mendorong pemikiran kritis dapat membantu mengatasi beberapa keterbatasan ini.