Eksitensi Parta Lokal Di Aceh Menjelang Pilkada
Di susun oleh: rizki firmanda
Mahasiswa universitas islam negeri ar raniry banda aceh Prodi ilmu politik
Pada tanggal 8 november 2024,mahasiswa program studi ilmu politik uin ar-raniry mengadakan proyek kelas berupa stadium general bertema "eksitensi partai politik lokal di pilkada aceh 2024."Acara ini menghadirkan dua narasumber hebat, yaitu fajran zain dari partai aceh (PA) dan sayed nazar Al-habsyi dari partai aceh sejatera (PAS).tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan edukasi kepada mahasiswa mengenai peran srategis partai politik lokal di pilkada aceh serta mendorong terciptanya stabilitas melalui persaingan yang sehat di arena politik lokal
Partai politik lokal di Aceh memiliki memeiliki keunikan tersendiri karena keberadaannya merupakan salah satu hasil dari mou Helsinki tahun 2005. Perjanjian damai ini memberikan otonomi khusus bagi Aceh ,termasuk hak untuk membentuk partai politik berbasis lokal."Partai politik lokal ini adalah instrumen penting untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat aceh, namun kenyataannya peran mereka sering kali di anggap sebelah mata oleh sebagian masyarakat,"ujar sayed nazar Al-habsyi
Fajran zain menambahkan meskipun partai lokal memiliki sejarah dan legitamasi yang kuat,mereka kini menghadapi tantangan berat,termasuk dalam menjaga elektabilitas di tengah persaingan politik yang semakin kompleks. Beberapa isu utama yang di hadapi partai politik lokal turut di bahas, yaitu minimnya pengaruh di tingkat nasional. Partai lokal,seperti partai Aceh dan PAS,seringkali dianggap kurang memiliki daya tawar di kancah politik nasional.
Hal ini membuat aspirasi masyarakat aceh sulit terdengar secara luas, terutama di tingkat pemerintahan pusat. Selanjutnya terkait penurunan elektabilitas.data menunjukkan adanya penurunan elektabilitas partai lokal dalam beberapa pemilu terakhir. Sebagai contoh, partai Aceh yang pada 2009 berhasil memperoleh 33 kursi di legislatif, hanya mampu mengamankan 18 kursi pada tahun 2019. Tren ini mengindikasikan perlunya srategi baru dalam merebut hati masyarakat Aceh.
Melalui diskusi ini, mahasiswa prodi ilmu politik uin Ar-Raniry berharap masyarakat aceh dapat lebih memehami pentingnya partai lokal dalam membangun daerah. "jika partai lokal mampu memaksimalkan peran mereka, bukan tidak mungkin Aceh akan lebih sejahtera dan aspirasinya lebih di dengar,baik di tingkat lokal maupun nasional,"ujar salah satu mahasiswa peserta diskusi.
Acara ini menjadi momen refleksi penting menjelang pilkada aceh 2024, yang di harapkan dapat menjadi titik balik bagi eksitensi partai lokal dalam mempeEKSITENSI PARTAI LOKAL DI ACEH MENJELANG PILKADA
Di susun oleh: rizki firmanda
Mahasiswa universitas islam negeri ar raniry banda aceh Prodi ilmu politik
Pada tanggal 8 november 2024,mahasiswa program studi ilmu politik uin ar-raniry mengadakan proyek kelas berupa stadium general bertema "eksitensi partai politik lokal di pilkada aceh 2024."Acara ini menghadirkan dua narasumber hebat, yaitu fajran zain dari partai aceh (PA) dan sayed nazar Al-habsyi dari partai aceh sejatera (PAS).tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan edukasi kepada mahasiswa mengenai peran srategis partai politik lokal di pilkada aceh serta mendorong terciptanya stabilitas melalui persaingan yang sehat di arena politik lokal
Partai politik lokal di Aceh memiliki memeiliki keunikan tersendiri karena keberadaannya merupakan salah satu hasil dari mou Helsinki tahun 2005. Perjanjian damai ini memberikan otonomi khusus bagi Aceh ,termasuk hak untuk membentuk partai politik berbasis lokal."Partai politik lokal ini adalah instrumen penting untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat aceh, namun kenyataannya peran mereka sering kali di anggap sebelah mata oleh sebagian masyarakat,"ujar sayed nazar Al-habsyi
Fajran zain menambahkan meskipun partai lokal memiliki sejarah dan legitamasi yang kuat,mereka kini menghadapi tantangan berat,termasuk dalam menjaga elektabilitas di tengah persaingan politik yang semakin kompleks. Beberapa isu utama yang di hadapi partai politik lokal turut di bahas, yaitu minimnya pengaruh di tingkat nasional. Partai lokal,seperti partai Aceh dan PAS,seringkali dianggap kurang memiliki daya tawar di kancah politik nasional.
Hal ini membuat aspirasi masyarakat aceh sulit terdengar secara luas, terutama di tingkat pemerintahan pusat. Selanjutnya terkait penurunan elektabilitas.data menunjukkan adanya penurunan elektabilitas partai lokal dalam beberapa pemilu terakhir. Sebagai contoh, partai Aceh yang pada 2009 berhasil memperoleh 33 kursi di legislatif, hanya mampu mengamankan 18 kursi pada tahun 2019. Tren ini mengindikasikan perlunya srategi baru dalam merebut hati masyarakat Aceh.
Melalui diskusi ini, mahasiswa prodi ilmu politik uin Ar-Raniry berharap masyarakat aceh dapat lebih memehami pentingnya partai lokal dalam membangun daerah. "jika partai lokal mampu memaksimalkan peran mereka, bukan tidak mungkin Aceh akan lebih sejahtera dan aspirasinya lebih di dengar,baik di tingkat lokal maupun nasional,"ujar salah satu mahasiswa peserta diskusi.
Acara ini menjadi momen refleksi penting menjelang pilkada aceh 2024, yang di harapkan dapat menjadi titik balik bagi eksitensi partai lokal dalam mempe