Itu sapaku melalui pesan singkat di ponsel pintarku. Iya, malam itu aku memberanikan diri untuk menghubungimu, walau hanya sekedar menanykan kabar yang dimana aku yakin kamu sudah sangat bahagia di sana. Memang harapanku tak lagi menggebu seperti dulu, karena rasa penasaranku sudah terjawabkan melalui foto profil yang ada di media sosialmu.
"Wah, dia sudah bersama yang lain" gumamku saat melihat fotomu. Tampaknya kalian benar-benar serasi, ah kalau tidak mana mungkin kamu memilihnya.Â
Dalam hati rasanya masih protes, kenapa dulu aku tidak memanfaatkan waktu bersamanya saat dia masih sendiri, tapi di sisi lain hati ku berucap "dia sepertinya kurang pantas." Entahlah hatiku sepertinya ada dua bilik yang sering kali bersahutan saat aku menggumamkan namanya.
Ingin bersamamu selamanya, iya itu lah harapan yang pernah aku ucapkan di awal pertemukan kita sekitar 2 tahun lalu. Saat itu aku sudah meyakini bahwa kalau memang kamu benar-benar serius maka kamu akan menjadi yang terakhir. Setiap malam, setiap saat aku memohon kepada Tuhan agar kita dipersatukan, selalu terucap hal yang sama saat aku menyapa-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H