Mohon tunggu...
Rizki Edo
Rizki Edo Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55523110018 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaan Pajak - Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Sepak bola dan Futsal

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kuis 15 - Pemeriksaan Pajak - Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram : Transformasi Audi Pajak dan Memimpin Diri Sendiri - Prof Apollo

22 Desember 2024   13:31 Diperbarui: 22 Desember 2024   13:31 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Kebatinan dapat diterjemahkan sebagai "kehidupan spiritual". Banyak masyarakat dan kelompok kebatinan yang eksis di Jawa dengan anggota yang dianggap memiliki pengetahuan tentang "diri sejati", elemen mendasar dalam pencarian terhadap yang Absolut. Secara umum, gagasan filosofisnya dipinjam dari sejumlah prinsip dari agama-agama India dan atau mistisisme Islam, yang sering diekspresikan dalam istilah-istilah yang bersifat esoteris. Aspek praktisnya meliputi meditasi dan latihan-latihan kontemplatif, bahkan asketisme. Tetapi, konsep kebatinan (atau Kejawen sebagaimana disebut dalam bahasa Jawa) mungkin merujuk pada berbagai pendekatan, beberapa di antaranya mengklaim bersifat ilmiah. Namun umumnya setiap pendekatan kebatinan tersebut menekankan pada konsep utama yang sama, yakni tentang keutuhan psikologis.

Dalam dunia modern anak -- anak muda sekarang hanya mengenal tokoh filsaftat barat seperti Plato, Aristoteles, Sokrates, Karl Marx, Imanuel Kant dan lain sebagainya tapi kita tidak mengenal tokoh filsafat di negara kita sendiri. Di Indonesia salah satu toko terkenal filsafat adalah Ki Ageng Suryomentaram (20 Mei 1892 -- 18 Maret 1962) adalah tokoh kebatinan dan filsafat Jawa yang dikenal sebagai pendiri aliran Kawruh Begja atau Ilmu Begja, yang berfokus pada kebahagiaan batiniah manusia. Beliau merupakan putra ke-55 dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan Bendoro Raden Ayu Retnomandojo, putri Patih Danurejo VI. Sebagai bagian dari keluarga kerajaan, ia awalnya dikenal dengan nama Bendoro Raden Mas (BRM) Kudiarmadji dan kemudian dianugerahi gelar kebangsawanan Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Suryomentaram pada usia 18 tahun.

Namun, meskipun berasal dari kalangan bangsawan, Ki Ageng Suryomentaram memilih untuk meninggalkan kehidupan istana dan fokus pada pengembangan ajaran spiritual dan moral. Salah satu nilai inti dari Ilmu Begja adalah prinsip "Aja Dumeh", yang secara harfiah berarti "jangan merasa lebih." Ajaran ini menekankan pentingnya rendah hati, tidak menyombongkan diri, tidak merendahkan orang lain, dan memahami kesetaraan manusia, terlepas dari status sosial, kekuasaan, atau kekayaan. Menurut ajaran ini, kebahagiaan sejati berasal dari pengendalian ego dan pengakuan bahwa semua manusia adalah setara secara hakiki.

Ki Ageng Suryomentaram memiliki pemahaman yang mendalam tentang manusia, yang sepenuhnya didasarkan pada pengamatan dan refleksi terhadap dirinya sendiri. Ia menggunakan metode empiris, yang berarti pendekatannya bersifat langsung dan berbasis pengalaman pribadi, melalui percobaan-percobaan batin pada dirinya sendiri. Dalam proses ini, Ki Ageng mengandalkan tiga elemen utama dalam diri manusia, yaitu merasakan, menggagas, dan menginginkan sesuatu. Melalui elemen-elemen tersebut, ia menemukan adanya gerak kehidupan batin yang menentukan perilaku manusia.

Ki Ageng tidak hanya berhenti pada pengalaman subjektifnya, tetapi juga menganalisis kejiwaan manusia secara mendalam, yang ia pandang sebagai inti dari segala perilaku. Ia melihat manusia sebagai makhluk yang tidak bisa dipisahkan dari dunia yang melingkupinya. Bagi Ki Ageng, manusia bukan hanya "siapa," tetapi lebih kepada "seperti apa" manusia itu dalam relasinya dengan dunia dan lingkungan sekitarnya. Kesadaran akan keberadaan diri dalam hubungan dengan dunia menjadi pusat pemikirannya.

Lebih lanjut, Ki Ageng menekankan pentingnya keselarasan antara manusia dan dunianya. Menurutnya, perilaku manusia selalu berakar pada dasar hubungan antara dirinya dengan lingkungannya. Dengan memahami dasar-dasar ini, manusia dapat menciptakan harmoni dalam kehidupan sehari-hari. Keselarasan ini, bagi Ki Ageng, adalah kunci menuju kebahagiaan sejati, yang ia ajarkan melalui aliran Kawruh Begja.

Ajaran ini menawarkan pandangan hidup yang menekankan introspeksi, pemahaman diri, dan hubungan yang seimbang dengan dunia luar, sehingga manusia dapat hidup lebih selaras dengan dirinya sendiri dan lingkungannya.

Apa itu Bahagia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun