Mohon tunggu...
M. Rizki Darmawan
M. Rizki Darmawan Mohon Tunggu... Administrasi - Suka menulis lulusan manajemen komunikasi univ di Bandung

Ayo hobby menulis..Siapa tahu bermanfaat??

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Bekasi Berubah Menjadi Istanbul

13 Juli 2013   07:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:37 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Wow, ada patung muter”,celetuk saya ketika dari kejauhan melihat di atas panggung ada sebuah boneka berpakaian putih yang terus berputar sambil diringi lagu bernuansa timur tengah.Saya dan ayah pun kemudian mendekat ke panggung yang berada di  lantai dasar Metropolitan Mall Bekasi itu.

Ketika itu, waktu menunjukkan sekitar pukul 17 30 an waktu Bekasi.Cukup banyak pengunjung mal yang berlalu-lalang baik berbelanja maupun hanya “ngabuburit" saja di mal yang sejuk sambil menunggu beduk magrib menggema tanda waktu berbuka puasa telah tiba. Namun alunan musik padang pasir tadi terus menarik kami untuk mendekat.

13736760132012579179
13736760132012579179

Yang berputar itu bukan patung atau boneka, melainkan penari Sema atau tari berputar orang Sufi yang disebut sebagai Whirling Dervish.Penarinya disebut Semazen , tarian ini berasal dari Turki dan diperkenalkan oleh sang guru sufi yang terkenal yaitu Jalaluddin Rumi.”, ayah bercerita panjang lebar seakan-akan memberikan kuliah kepada saya.Maklum ayah pernah beberapa kali berkunjung ke Turki dan tahu banyak tentang seni budaya yang selain di Turki juga banyak dipertunjukan di Mesir dan negri Timur Tengah lainnya.

13736756541666032232
13736756541666032232

Saya terus mendekat dan menyaksikan sang penari yang berpakaian serba putih dengan topi tinggi berwarna coklat muda. Pakaiannya cukup unik karena mirip dengan rok yang bagian  bawahnya sangat lebar. Pada saat berputar pakaian ini mengembang sehingga memberikan efek yang sangat manis dipandang mata.Saya pun ingat bahwa di rumah ada sebuah piring bundar yang dibeli ayah dari Turki dan bergambarkan para Semazen berjubah putih sedang menari sambil berputar.

13736760521731454295
13736760521731454295

Kami kemudian pindah ke lantai atas untuk menyaksikan tarian ini dengan sudut pandang yang berbeda.Sang penari terus berputar dan kadang-kadang kian cepat sesuai dengan irama musik yang terus menggema seakan-akan membawa penari dan penonton ke suatu keadaan yang disebut ekstasi. Kalau diperhatikan sang penarinya tampak dalam keadaan setengah tidur atau tersihir dengan putaran terus menerus yang dibuatnya. Tarian ini, benar-benar mempesona saya dan saya ingin suatu waktu dapat pergi ke Turki untuk menyaksikan tarian yang asli.

Menurut ayah, di Istanbul kita dapat menyaksikan tarian ini hampir setiap malam dan sudah menjadi atraksi turis tersendiri. Kita dapat menyaksikan sambil makan malam ataupun hanya menikmati rokok khas timur tengah yaitu sisha.Wah, saya pun membayangkan kalau saya dapat pergi kesana sambil menyaksikan keindahan masjid birunya yang terkenal. Untuk sementara cukuplah saya melihat di Bekasi ini,

13736760802031650797
13736760802031650797

Masih menurut ayah juga, tarian ini sebenarya diciptakan Rumi untuk mengungkapkan kesedihannya ketika gurunya yang berasal dari Tabriz (Iran) meninggal . Dengan terus berputar, hidup dapat diartikan sebagai sebuah perjalanan tanpa henti dalam mencari sang pencipta dan keabadian.Tarian Sema yang asli dapat juga disaksikan di Konya, sebuah kota di bagian selatan Anatolia tempat meninggalnya tokoh sufi ini.

Kami terus menonton sang penari yang sudah berputar terus lebih dari setengah jam sejak kami datang dan ayah juga terus asyik dengan kuliahnya.Menurut ayah, setiap tanggal 17 Desember, di kompleks makam Rumi yang dinamakan Mevlana Cultural Centre , selama semalam suntuk dapat disaksikan upacara keagamaan dimana para Semazen terus berputar dan menarik penziarah serta wisatawan baik dari Turki mapun seluruh pelosok dunia.

Wah, ternyata menarik juga sejarah di balik tarian sufi berputar atau whirling dervish ini.Untungnya, bagi kita yang belum sempat pergi ke Istanbul atau Konya, cukup menyaksikannya dengan gratis di Metropolitan Mall Bekasi.

Bekasi, Awal Ramadhan 1434 H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun