Sayang banget film ini harus "ternodai" oleh scoring musik yg tidak original. Ide film ini menurut gw keren, pemerannya juga bisa memainkan karakternya dengan sempurna (raymond y.tungka). Gambar-gambarnya juga terkonsep matang.
Tapi kenapa masih belum "percaya diri", karena gak confidence atau karena tekanan dari "si pemberi modal" yang merubah film ini dari berkelas menjadi cemoohan. Mengapa "si pemberi modal" gak membiarkan para movie maker yg membuat film ini berekspresi dengan karya mereka sendiri?!
Kenapa mesti mencontek, atau lebih tepatnya memplagiat "beberapa" originalitas seseorang...fiuh,,memang sulit ketika berdiri di bawah bendera mainstream yg terkadang mengharuskan para movie maker untuk melakukan sesutu yg tidak ingin mereka lakukan atau lebih tepatnya mematikan kreatifitas!
Sulitnya. Tapi "pemberi modal" seperti Nia Dinata dan Mira Lesmana masih bisa membiarkan film indonesia berkreasi dengan stylenya. Apakah kualitas movie maker indonesia masih di ragukan sehingga para "pemberi modal" hanya sibuk memikirkan pasar. Yah saya mengambil positifnya saja, mungkin si "pemberi modal" ingin memberikan tontonan yang "menarik".
Mudah-mudahan setelah musim horor berlalu, maka ide-ide cerdas yang unik akan timbul sebagai pilihan, untuk dijadikan film yang berkualitas dan benar-benar "menarik". Maaf jikalau ada salah-salah kata dalam penulisan ini, tidak ada maksud mencela ataupun menjatuhkan, semata-mata hanya ingin mengungkapkan perasaan saja, terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H