Mohon tunggu...
Rizki Ardi
Rizki Ardi Mohon Tunggu... Penulis - Manajer Koperasi (open to work)

Seorang yang belajar menjadi hamba Allah.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Empat Langkah Strategis Membangun Koperasi

4 Februari 2016   14:19 Diperbarui: 4 Februari 2016   16:14 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tulisan ini mengutip dari apa yang disampaikan oleh Ir. Ibnoe Soedjono pada seminar "Koperasi di Indonesia Masa Lalu dan Masa Mendatang. Yang diadakan di Purwokerto pada 28 September 2002. Pemikiran lama yang ternyata masih relevan dengan kenyataan yang dihadapi perkoperasian Indonesia saat ini. Ke empat langkah ini disampaikan oleh Ir. Ibnoe Soedjono ( yang ditulis dengan huruf italic ) dengan beberapa penambahan dari penulis. Berikut empat langkah strategis membangun koperasi :

1. Membangun visi koperasi
Koperasi kita ini boleh dikatakan tidak memiliki visi. Kita hanya berfikir duit-duit itu saja. Tapi tidak ada visinya sama sekali mengenai peranan koperasi seperti yang dicita-citakan oleh pasal 33 UUD. Pasal ini lebih banyak digunakan sebaga saran politik semata-mata. Orang sering menulis visi tentang apa itu koperasi Indonesia. Memang untuk jangka panjangnya itu sebagai realisasi pasal 33. Tapi dalam pelaksanaannya masing-masing koperasi harus mempunyai visinya sendiri-sendiri. Koperasi mahasiswa harus memabangun visinya sendiri, koperasi karyawan harus membangun visinya sendiri, koperasi pertanian harus membangun visinya sendiri, tetapi diletakkan di dalam jalur yang menuju kepada orde ekonomi tempat koperasi itu berada.

 Sekarang coba kita perhatikan perusahaan besar mana yang tidak punya visi? Lalu coba kita perhatikan perusahaan-perusahaan kecil, apakah mereka punya visi? Visi itu lah yang membedakan antara organisasi yang besar (atau akan tumbuh besar) dengan organisasi yang kecil (dan akan tetap kecil). Manakala suatu organisasi tidak punya visi, maka bersiaplah untuk mati atau paling baik menjadi stagnan. Gerakan koperasi harus punya visi, koperasi-koperasi sekunder dan tertier harus punya visi sendiri; koperasi primer masing-masing juga harus punya visi sendiri. Yang kesemuanya harus memiliki kesamaan untuk mensejahterakan anggota dan masyarakat. Tiap-tiap koperasi harus punya pandangan jauh ke depan mengenai ingin menjadi seperti apa nantinya.

2. Membangun institusi dan kapasitas koperasi
Koperasi adalah lembaga mikro, dia harus betul-betul riil sebagai organisasi yang sekaligus sebagai perusahaan. Dia harus tuntuk pada kaidah-kaidah itu untuk bisa berkoperasi. Memang tujuannya untuk itu. Tapi kita cenderung berbicara mengenai koperasi makro ekonomi semata-mata, dalam kaitan politik semata-mata, tapi tidak pernah berhasil membangun organisasinya secara mikro. Saya telah mengemukakan, kita telah membangun organisasi yang salah, akibatnya investasi papaun ikut salah pula. Karena itu organisasi inilah yang harus kita bangun kembali.

Koperasi bisa dilihat dari dua sudut pandang. Dari sudut pandang makroekonomi koperasi bisa sebagai dipakai sebagai sistem ekonomi yang memungkinkan adanya pemerataan kesejahteraan rakyat. Dipandang dari segi mikroekonomi, koperasi merupakan badan usaha yang harus dikelola secara profesional dan mampu memberi nilai tambah bagi seluruh stakeholdernya. Yang kurang dari kita selama ini adalah bahwa kita kurang menitikberatkan untuk mengembangkan kualitas masing-masing koperasi, primer maupun sekunder, untuk bisa berdaya saing. Bagaimana mungkin secara makro koperasi dapat membangun perekonomian bangsa, jika secara mikro koperasi-kopersi primer sebagai batu-batanya rapuh.

3. Membangun sumber daya koperasi
Yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya finansial, dan kemudian sumber daya fisiknya. Itu semua harus kita bangun sebagai basis organisasi ini. Kapasitas yang dimaksudkan disini adalah kemampuan untuk menerima sebanyak mungkin, mengolah dan kemudian memberikan kepada pihak lain.

Sebagaimana gerakan koperasi disusun oleh koperasi-koperasi primer dan sekunder. Maka koperasi primer juga disusun atas sumber daya yang telah disebutkan diatas. Untuk membuat masakan yang lezat dan bergizi, tentunya dimulai dari memilih bahan masakan dan bumbu yang tepat dan berkualitas. Jika dari bahannya saja sudah salah, terlalu sedikit, maka masakan yang jadi pun bisa tidak karuan. Begitu pun koperasi disusun oleh manusianya, dari permodalannya, dari infrastruktur fisiknya, dari metode pengelolaannya. Itu semua harus tersedia dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk dapat memperoleh racikan koperasi yang mak nyuss.

4. Menyusun jaringan koperasi
Koperasi bukan organisasi yang terpisah dari lingkungannya. Oleh karena itulah membangun jaringan itu penting karena dari situlah dia memperoleh sumber kekuatannya. Koperasi harus menimba potensinya dari lingkungannya sendiri.

Jika dala matematika 1 + 1 = 2, maka dalam kehidupan berorganisasi 1 + 1 > 2, ini yang disebut bersinergi. Seringkali dijumpai antar koperasi sejenis dan sedaerah tidak ada kerjasama, bahkan komunikasi pun tidak. Antar koperasi mahasiswa satu kota / satu provinsi tidak ada forum komunikasi. Bahkan antar koperasi karyawan yang berbeda unit bisnis pun bisa tidak saling bersentuhan. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Ibaratnya bertetangga, koperasi kita tidak saling mengenal satu sama lain. Jika mengenal pun belum bagaimana mau mengadakan kegiatan bersama, jika tidak ada kegiatan bersama bagaimana mau bersatu menggabungkan kekuatan, jika koperasi-koperasi tidak (belum) menggabungkan kekuatan bagaimana gerakan koperasi di Indonesia bisa maju? 

Saya jadi teringat perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA "Kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir dengan baik". Tidak heran jika sistem ekonomi koperasi yang lebih baik bagi masyarakat bisa kalah melawan sistem ekonomi kapitalisme yang hanya memperkaya segelintir orang. Karena koperasi-koperasi kita kurang terorganisir. 

Apa yang disampaikan oleh Ir. Ibnoe Soedjono lebih dari 10 tahun yang lalu ternyata masih relevan dengan kondisi koperasi kita saat ini. Apakah ini isyarat bahwa kondisi koperasi kita saat ini tidak jauh beda dengan kondisi sepuluh tahun yang lalu? Dengan kata lain selama lebih dari sepuluh tahun kondisi perkoperasian di Indonesia ya begini-begini saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun