Mohon tunggu...
Rizki Ardananta
Rizki Ardananta Mohon Tunggu... Musisi - Rizki Ardananta

Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bonus Demografi: Peluang atau Tantangan?

20 Mei 2019   15:19 Diperbarui: 20 Mei 2019   15:40 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

INDONESIA. Ketika mendengar nama itu kita tahu bahwa negara yang kita cintai ini mempunyai kekayaan yang melimpah. Kaya akan Pulau, Kaya juga penduduknya. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus terakhir yaitu sensus tahun 2010 yaitu berjumlah 237,641,326 jiwa. Oleh karena itu indonesia menjadi negara yang mempunyai jumlah penduduk terbesar ke-4 setelah Amerika Serikat. Lalu pertanyaannya apakah dengan jumlah penduduk sebesar itu indonesia menjadikan itu potensi atau masalah?

Bonus Demografi?

Semua orang tentu pasti senang ketika mendengar kata "Bonus" entah itu bonus akhir tahun, bonus barang, sampai bonus uang jajan pun pasti itu bermakna positif. Namun bagaimana dengan Bonus Demografi? berbeda dengan makna bonus lainnya. bonus demografi ini dapat dimaknai dengan positif maupun negatif. Mungkin sebagian dari kita belum terlalu tau apa yang dimaksud dengan bonus demografi.Singkatya, Bonus Demografi adalah kondisi dimana jumlah angkatan pekerja produktif yaitu umur 14 tahun sampai 64 tahun lebih banyak dari pekerja non-produktif yaitu umur yang bisa dikatakan masih sangat muda dan sudah tua. Lalu apa pengaruhnya? Pekerja produktif pastilah orang yang sudah mempunyai keahlian dan dapat menghasilkan baik itu menghasilakan uang, karya,ataupun inovasi. Maka dari itu, jika jumlah penduduk produktif jauh lebih banyak maka inilah waktunya Indonesia memanfaatkan potensi ini. Negara kita harus mengembangkan penduduk produktif ini untuk kemajuan negara dengan cara meningkatkan daya saing sehingga kita dapat mengejar segala ketinggalan kita dan menjadi negara maju

Fase Bonus Demografi Indonesia akan sampai pada puncaknya tahun diantara tahun 2020-2030. dimana rasio ketergantungan ini ada pada angka terendah yaitu 43,7. Angka ini akan mulai dengan cepat pada tahun-tahun setelah tahun 2030, dengan makin bertambahnya penduduk lansia akibat makin tingginya angka harapan hidup penduduk Indonesia karena makin tinggi tingkat kesejahteraan mereka. diperkirakan terdapat 170 juta jiwa muda dari total 250 juta jiwa penduduk indonesia, sehingga perbandingannya adalah 2 orang produktif dapat menanggung beban 1 orang non-produktif.

 The Window Of Opportunity

Kondisi ini dapat dikatakan sebagai "Kesempatan Emas" bangsa Indonesia ini untuk bangkit. Modal utama sebuah pembangunan negara adalah sumber daya manusia nya. Berlimpahnya tenaga kerja pada fase bonus demografi ini membuat negara kita dapat mengoptimalkan seluruh bidang sebagai upaya peningkatan pendapatan perkapita sehingga tercapainya kesejahteraan. Fase ini juga dapat dijadikan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Ketika angka kelahiran menurun dan melimpahnya penduduk produktif, maka pertumbuhan per kapita untuk memenuhi kebutuhan usia non produktif yaitu anak kecil dapat dialihkan pada peningkatan mutu manusia. Pada saat yang sama, jumlah anak yang sedikit membuka peluang wanita untuk kerja sehingga dapat meningkatkan produktifitas keluarga. Dengan itu seorang tenaga kerja yang produktif dapat mengurangi tingkat ketergantungan terhadap orang lain sehingga memunculkan jiwa-jiwa mandiri. Dengan jiwa mandiri tersebut, berdampak juga dengan banyaknya lapangan kerja yang terbuka. Dampak tersebut tentunya akan meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan negara ini.  Keberhasilan fase bonus demografi sudah dapat kita lihat dari berbagai negara contohnya yaitu Cina yang pertumbuhan ekonominya setelah bonus demografi menjadi 9,2%, Korea Selatan dari 7,3% menjadi 13,2%, Singapura dari 8,2% menjadi 13,6% dan Thailand dari 6,6% meningkat tajam menjadi 15,5%.

Potensi sekaligus Tantangan terhadap Sosial Masyarakat

Namanya saja bonus. Kalau diambil pasti untung kalau tidak diambil pasti rugi. Begitulah persoalan yang kita hadapi.  Kesempatan emas ini akan berbalik menjadi bencana jika tidak dimanfaatkan degan baik. Masalah yang kita hadapi adalah ketersedian lapangan pekerjaan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah negara kita mampu menyediakan lapangan pekerjaan untuk menampung 70% penduduk usia kerja di tahun 2020-2030? Permasalah pembangunan sumber daya manusia inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang. Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar adalah kualitas manusia. Jumlah penduduk produktif yang  banyak jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan menimbulkan pengangguran dimana-dimana, semakin banyak rakyat yang tidak sejahtera dimana itu malah menjadi beban bagi negara kita.Jika Pemerintah maupun kita sendiri tidak sadar akan adanya kesempatan emas tersebut seakan akan hanya mendukung datangnya bonus tersebut tanpa mempersiapkan apapun,tentunya titik itu yang bisa menjadi kemunduran bangi bangsa indonesia bukannya menjadi suatu kemajuan. Seperti apa yang pernah presiden kita, Joko Widodo katakan "Bonus demografi ibarat pedang bemata dua. Satu sisi adalah berkah jika kita berhasil mengambil manfaatnya. Satu sisi lain adalah bencana apabila kualitas manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik," Maka dari itu kita harus mempersiapkan generasi muda, memperhitungkan segala resiko,memperjelas apa misi untuk menghadapi masa tersebut.

Seperti halnya mercusuar yang menjadi sumber cahaya untuk memberi navigasi bagi para nelayan, Bonus demografi dapat memberi arahan kepada bangsa kita untuk menjadi negara maju yang dapat bersaing. Namun,jika mercusuar itu yang dianggap sebagai kesempatan emas tidak dimanfaatkan dengan baik maka negara kita akan salah jalan dan dapat menjadi bencana bagi negara ini. Perlu untuk diketahui oleh kita semua bahwa Bonus Demografi merupakan fenomena yang terjadi sekali. Maka dari itu kita tidak boleh hanya menunggu datangnya kesempatan itu, tapi kita lah yang menjemput kesempatan itu. Inilah saatnya kita mengubah bangsa kita. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun