Mohon tunggu...
Muhammad Rizki Aulia  Rahman
Muhammad Rizki Aulia Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Jurnalistik/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Memiliki hobi mendengarkan musik, menulis sajak dan puisi, memiliki ketertarikan dalam dunia perfilman, selain itu saya juga menyukai bidang sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Akhlak Muslim

10 Oktober 2023   20:03 Diperbarui: 10 Oktober 2023   20:11 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam dunia modern saat ini, seorang muslim juga harus beradaptasi dengan dunia yang semakin hari berdampingan dengan teknologi modern. Era modern yang ditandai oleh perkembangan teknologi, globalisasi, dan perubahan sosial telah menghadirkan banyak tantangan baru dalam pendidikan akhlak Muslim. Dalam hal ini, pendidikan akhlak Muslim merupakan aspek penting dalam kehidupan. pendidikan akhlak Muslim tetap menjadi nilai yang sangat relevan. Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat saat ini, nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan dalam agama Islam tetap menjadi pedoman penting bagi individu Muslim.

Berbicara tetang pendidikan akhlak Muslim, pendidikan berasal dari kata Tarbiyah yang maknanya berarti ilmu dan asal muasal kata. Kata Tarbiyah itu sendiri, berasal dari kata rabba yang berarti bukit dengan makna dasar "tumbuh" atau "mengembangkan. Dalam makna lain, artinya merupakan material yang menumpuk. Dalam konteks pendidikan dan pengembangan individu, kata Tarbiyah digunakan untuk mengacu pada proses pembinaan, pendidikan, atau pengasuhan yang bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan individu secara moral, intelektual, dan sosial. Dalam konteks Islam, Tarbiyah juga merujuk pada pendidikan dan pembinaan spiritual yang dilakukan untuk memperkuat iman dan akhlak individu Muslim. Sehingga, kata Tarbiyah dalam bahasa Arab berkaitan erat dengan konsep pendidikan dan pengembangan individu secara holistik.

Dalam praktiknya, pendidikan akhlak Muslim terbagi menjadi pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Tiga pembagian tersebut menentukan adanya akhlak dalam individu seorang Muslim. Didalam keluarga orangtua memiliki peran dalam membentuk karakter anak-anak mereka melalui teladan dan bimbingan yang diberikan. Kemudian, di sekolah mata pelajaran serta kurikulum pendidikan menjadi pondasi awal akhlak bagi individu seorang Muslim. Dalam masyarakat pendidikan akhlak Muslim terbentuk dari kebiasaan seorang Muslim itu sendiri. Mulai dari menjawab salam, mendoakan orang bersin, melayat, sampai menjenguk tetangga yang sakit.

Dalam ranahnya, pendidikan akhlak Muslim memiliki empat cakupan yang bisa diimplementasikan ke dalam praktik, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Empat bagian ini berupa kognitif (nalar), afektif (emosi), motorik, serta konatif. Kognitif atau nalar terbagi dalam tiga tingkatan. Tingkatan tersebut, menentukan seberapa tinggi pemahaman atau pengetahuan tentang akhlak yang terdapat dalam individu. Pertama, "mengetahui" yang hasilnya adalah hanya pengetahuan dasar saja. Kedua, "mengerti" yang hasilnya berupa pengertian dari nilai-nilai akhlak itu sendiri. Ketiga, dimana tingkatan teratas yakni "memahami" yang hasilnya pemahaman atas nilai dan pengetahuan terkait akhlak tersebut. 

Dari bagian kognitif yang berupa penalaran tersebut, pendidikan akhlak Muslim beranjak ke afektif atau emosi. Afektif disini berfungsi sebagai bentuk emosional terhadap penalaran atau kognitif tersebut. Emosinya berupa, meresapi, menghayati, menjiwai, dan mengakar. Ketika seorang Muslim telah mendapati kedua hal tersebut, motorik berperan sebagai bentuk pelaksanaan atau implementasi. Mulai dari melakukan, tindakan, perbuatan, sampai pelaksanaan. Ketiga bagian tersebut akan terpenuhi apabila seorang Muslim sampai pada konatif. Dimana, konatif adalah bentuk sikap setelah kognitif, afektif, dan motorik terjadi.

Maka dari itu, pendidikan akhlak Muslim berperan sangat penting dan utama dalam berkehidupan saat ini. Ketika teknologi memberikan banyak manfaat, hal tersebut juga membawa risiko perilaku tidak etis, seperti penyebaran berita palsu, perundungan daring, dan penggunaan media sosial yang tidak bertanggung jawab. Pendidikan akhlak Muslim dapat memberikan panduan tentang bagaimana menggunakan teknologi dengan bijak, menghormati privasi orang lain, dan tidak menyebarkan kebencian atau kebohongan. 

Pendidikan akhlak Muslim dapat membantu individu memahami etika dalam penggunaan media sosial, menjaga privasi, dan berperilaku secara bertanggung jawab di dunia maya. Ini penting karena perilaku online seseorang juga mencerminkan karakternya di dunia nyata. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, "Orang mukmin yang sempurna imannya adalah yang memiliki akhlak yang baik; dan yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik dalam akhlaknya" (HR. Ahmad).

Dari pembahasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan akhlak Muslim memiliki akar kata dalam bahasa Arab, yaitu Tarbiyah yang bermakna "mengembangkan" atau "membina." Dalam konteks Islam, pendidikan akhlak berfokus pada pembinaan moral, intelektual, dan spiritual individu Muslim. Pendidikan akhlak ini terbagi menjadi tiga lingkungan utama, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat, yang secara bersama-sama membentuk akhlak individu Muslim.

Pendidikan akhlak Muslim juga melibatkan empat cakupan utama, yaitu kognitif (nalar), afektif (emosi), motorik (implementasi), dan konatif (sikap). Proses pendidikan akhlak dimulai dari pemahaman nilai-nilai akhlak, diikuti oleh penghayatan emosional terhadap nilai-nilai tersebut, implementasi dalam tindakan nyata, dan akhirnya membentuk sikap positif terhadap nilai-nilai moral.

Dalam era modern, dimana teknologi memiliki peran besar dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan akhlak Muslim menjadi sangat penting. Teknologi membawa tantangan moral seperti penyebaran berita palsu, perundungan daring, dan penggunaan media sosial yang tidak bertanggung jawab. Pendidikan akhlak Muslim membantu individu menghadapi tantangan ini dengan bijak, menjaga integritas, dan memastikan bahwa perilaku online mereka mencerminkan karakter bermoral.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun