Lebih dari 70 siswa SMP di Magetan yang melukai lengan mereka karena masalah keluarga menggambarkan dampak buruk konflik keluarga terhadap kesehatan mental anak-anak. salah satu konsep penting adalah bahwa keluarga berperan sebagai tempat utama pembentukan karakter dan emosi anak. Ketika terjadi masalah dalam keluarga, seperti kurangnya komunikasi atau kekerasan dalam rumah tangga, anak-anak sering kali merasa kesepian dan kehilangan dukungan emosional. Mereka bisa mengalami tekanan psikologis yang mendorong mereka untuk melakukan tindakan berbahaya seperti menyayat diri sebagai bentuk pelarian atau ekspresi frustrasi.
Kasus ini juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan pemerintah dalam menjaga kesehatan mental generasi muda. Sekolah dapat berperan dengan memberikan ruang bagi siswa untuk berbicara tentang masalah mereka, sementara pemerintah dapat menyediakan akses mudah ke layanan kesehatan mental bagi keluarga yang membutuhkan. Upaya bersama ini akan mengurangi risiko anak-anak terlibat dalam tindakan yang merugikan diri sendiri.
Pendidikan keluarga mengajarkan pentingnya pola asuh yang sehat, keterbukaan komunikasi antara orang tua dan anak, serta cara menangani konflik dalam keluarga. Orang tua perlu dibekali keterampilan dalam mendukung perkembangan mental anak, tidak hanya dalam hal kebutuhan fisik tetapi juga kebutuhan emosional. Selain itu, pendekatan preventif seperti konseling keluarga dan pendidikan mental di sekolah dapat membantu anak-anak mengatasi masalah sebelum mereka bertindak ekstrem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H