Desa Parangargo memiliki masyarakat dengan berbagai profesi baik dari budidaya hewan ternak sampai dengan pertanian. Salah sayu budidaya yang dikembangkan saat ini adalah budidaya ikan lele dan sayuran. Tim melihat ada beberapa cara budidaya lele dan sayuran yang masih kurang efektif.Â
Melihat permasalahan tersebut tim Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) yang diketua oleh Prof. Dr. Yus Mochamad Cholily, M.Si bersama dengan mitra mencari alternative solusi untuk mengatasi hal tersebut.Â
Salah satu kegiatan sebagai alternative solusi adalah edukasi tentang pengelolaa yang dapat membuat budidaya memberikan hasil yang memuaskan yaitu dengan aquaponik.Â
Bahkan tim sampai mengedukasi warga pemiliki budidaya tersebut tentang bagaiamana persiapan, alat, bahan, dan cara merawat sistem akuaponik agar berjalan dengan baik.
Akuaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang menggabungkan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan simbiosis. Dalam akuakultur normal, kotoran ternak terakumulasi di dalam air, membuat air lebih beracun jika tidak dibuang.Â
Dalam akuaponik, kotoran hewan diumpankan ke tanaman dan dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, yang digunakan sebagai nutrisi oleh tanaman.Â
Air kemudian disirkulasikan kembali ke sistem akuakultur. Karena sistem hidroponik dan akuakultur sangat berbeda dalam geometri, sistem akuaponik juga sangat bervariasi dalam hal ukuran, kompleksitas, dan jenis organisme yang mereka tanam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H