Mohon tunggu...
Muhammad Rizki Agustiananda
Muhammad Rizki Agustiananda Mohon Tunggu... Foto/Videografer - FISIP UHAMKA

seorang individu yang bersemangat dan selalu ingin tahu. Saya memiliki beberapa hobi yang sangat saya nikmati, seperti membaca buku, menulis, dan bersepeda. Membaca buku memberikan saya kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai dunia dan ide-ide baru, sementara menulis membantu saya mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan cara yang kreatif. Bersepeda adalah cara saya untuk tetap aktif dan menikmati alam. Dari segi kepribadian, saya adalah orang yang ramah dan mudah bergaul. Saya suka bertemu orang baru dan mendengarkan cerita mereka. Saya juga sangat teliti dan terorganisir, yang membantu saya dalam mengelola waktu dan tugas-tugas saya dengan efisien. Topik favorit saya meliputi sains dan teknologi, literatur klasik, dan perkembangan sosial. Saya selalu tertarik dengan bagaimana teknologi dapat mengubah dunia kita dan suka membaca karya-karya penulis klasik yang mendalam. Selain itu, saya juga tertarik dengan isu-isu sosial dan bagaimana kita bisa bekerja sama untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Konten favorit saya biasanya berupa artikel jurnal ilmiah, blog tentang teknologi terbaru, dan video dokumenter. Saya sering menghabiskan waktu di platform seperti YouTube dan Medium untuk mengikuti perkembangan terkini di bidang-bidang yang saya minati.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Mengoptimalkan Media Sosial sebagai Sarana Dakwah yang Inklusif

5 Januari 2025   21:06 Diperbarui: 5 Januari 2025   21:06 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Mengoptimalkan Media Sosial sebagai Sarana Dakwah yang Inklusif

Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia dakwah Islam. Media sosial kini menjadi salah satu platform yang paling efektif dalam menyebarkan pesan keagamaan kepada masyarakat luas. Fenomena ini menandai transformasi dalam komunikasi penyiaran Islam yang lebih modern dan adaptif terhadap kemajuan teknologi. Dakwah yang sebelumnya terbatas pada mimbar masjid, kini dapat menjangkau jutaan orang hanya dengan sekali klik. Namun, efektivitas dakwah digital perlu diiringi dengan pemahaman yang mendalam tentang prinsip komunikasi Islam agar pesan yang disampaikan tetap relevan, inklusif, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.  

Media Sosial sebagai Platform Dakwah  

Media sosial seperti Instagram, YouTube, TikTok, dan Facebook memungkinkan para pendakwah untuk menyampaikan pesan keagamaan dalam berbagai format, mulai dari video singkat, tulisan reflektif, hingga infografis yang menarik. Fleksibilitas ini menjadikan media sosial sebagai platform yang efektif dalam penyebaran nilai-nilai Islam kepada berbagai kalangan, terutama generasi muda yang akrab dengan dunia digital.  

Keunggulan media sosial dalam dakwah terletak pada jangkauan yang luas dan aksesibilitas yang mudah. Seseorang dapat dengan cepat mengakses ceramah, kajian, atau konten keislaman lainnya hanya dengan perangkat smartphone. Selain itu, fitur interaktif seperti kolom komentar dan fitur live streaming memungkinkan audiens untuk berinteraksi langsung dengan pendakwah, menanyakan pertanyaan, atau memberikan tanggapan terhadap materi yang disampaikan.  

Namun, kemudahan ini juga membawa tantangan tersendiri. Tidak semua konten yang beredar di media sosial sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang benar. Beberapa pesan dakwah bahkan dapat terdistorsi, mengandung ujaran kebencian, atau disalahgunakan untuk kepentingan tertentu yang berpotensi merugikan umat Islam.  

Dakwah yang Inklusif: Makna dan Urgensinya  

Dakwah yang inklusif adalah penyampaian ajaran Islam dengan pendekatan yang terbuka, menghargai perbedaan, dan menekankan nilai-nilai universal seperti kasih sayang, keadilan, dan persaudaraan. Prinsip inklusivitas dalam dakwah sangat penting mengingat keberagaman latar belakang sosial, budaya, dan pemahaman agama di masyarakat.  

Dakwah yang inklusif dapat mencegah terjadinya eksklusivisme atau pengkotakan yang dapat memicu konflik dalam masyarakat. Pendekatan ini berfokus pada penyampaian pesan dengan hikmah (kebijaksanaan) dan mau'izah hasanah (nasihat yang baik) sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Qur'an (QS. An-Nahl: 125).  

Media sosial yang memiliki audiens luas dengan berbagai latar belakang memerlukan pendekatan inklusif agar dakwah tidak hanya menjangkau kelompok tertentu, tetapi dapat diterima oleh seluruh elemen masyarakat.  

Strategi Mengoptimalkan Media Sosial untuk Dakwah yang Inklusif  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun