Mohon tunggu...
Rizki NurAfifa
Rizki NurAfifa Mohon Tunggu... Lainnya - hidup akan terus berjalan so, yang lalu biarlah berlalu

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tantangan Sekolah Online sebagai Dampak Virus Covid-19

16 November 2020   13:52 Diperbarui: 16 November 2020   14:54 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyebaran virus covid-19 di Indonesia untuk pertama kalinya pada bulan Maret 2020 namun, hingga saat ini kasus covid-19 belum juga terselesaikan. Hal tersebut digambarkan oleh data jumlah kasus positif covid-19 yang meninggal dunia di Indonesia semakin meningkat dengan jumlah angka 14.044 orang. Berbagai cara telah dilakukan guna meminimalisir jumlah pasien yang terpapar virus covid-19 dengan memberlakukan bekerja dari rumah (wfh), sekolah dari rumah serta ibadah dari rumah bahkan ada beberapa daerah yang menerapkan program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan-kebijakan negara tersebut dilakukan guna untuk memutus mata rantai penyebaran virus covid-19, akan tetapi dari kebijakan-kebijakan yang ada malah menimbulkan banyak dampak diberbagai sektor.

Hadirnya virus covid-19 di Indonesia turut berdampak pada sektor pendidikan. Guna memutus rantai penyebaran covid-19 lembaga pendidikan formal mulai dari TK hingga perguruan tinggi mengubah sistem pembelajaran dari yang awalnya offline (bertatap muka langsung antara murid/mahasiswa dan guru) kini diubah menjadi online/daring. Kebijakan ini memiliki dampak positif dan juga negatif bagi pelajar diantara dampak positifnya adalah pelajar menjadi lebih akrab dan memperoleh banyak pengetahuan baru terkait tekhnologi. Namun, sisi negatifnya adalah tidak semua guru dan orangtua di lingkungan pedesaan khusunya pandai dalam menguasai teknologi. Tidak hanya itu saja anak-anak juga akan semakin kecanduan dalam penggunaan gadget bahkan mereka dapat membaca, menonton serta memahami sesuatu yang tidak cocok untuk mereka konsumsi.

Banyak diantara para orangtua mengeluh atas kebijakan sekolah online ini, dimana mereka merasa hal tersebut adalah beban bagi mereka. Bagaimana tidak! kebanyakan pekerjaan sekolah yang diberikan oleh guru melalui media online tidak sepenuhnya dikerjakan oleh anak-anak (pelajar) melainkan dikerjakan oleh para orangtua khususnya para ibu. Disamping pekerjaan rumah tangga yang cukup menumpuk, tugas seorang ibu juga akan bertambah dimana mereka harus mendampingi selama anak-anak sekolah online. Tidak hanya mendampingi saja, para orangtua juga perlu memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga mereka dapat menjelaskan kembali materi tersebut kepada anaknya.  

Tidak hanya para orangtua yang merasa kesulitan namun, para anak-anak juga merasa kesulitan dengan kebijakan sekolah online ini. Berdasarkan pernyataan anak-anak di desa Sambonggede Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban, para anak-anak cukup kesulitan dalam menyerap materi pelajaran yang disampaikan oleh para guru melalui video yang telah di share melalui media sosial. Tidak dapat dipungkiri penyampaian materi pelajaran secara tatap muka saja ada beberapa anak yang kesulitan dalam menyerap materi apalagi metode penyampaian melalui online atau tanpa tatap muka. Disamping itu anak-anak juga memiliki rasa kurang semangat dalam menjalani masa-masa sekolah online dikarenakan berbagai alasan salah satunya adalah tidak ada teman belajar. Adanya sekolah online ini membuat anak-anak tidak dapat berkumpul serta belajar bersama teman-teman sebaya sehingga anak-anak cepat merasa bosan ketika belajar dari rumah.

 Selain kesulitan dalam memahami materi pelajaran, tantangan lainnya adalah biaya. Meskipun jatah keuangan rumah tangga tidak dikurangi uang saku anak namun, mereka juga akan tetap mengurangi jatah uang bulanan untuk membeli paket kuota. Apalagi ketika pembelajaran dilakukan melalui video conference akan menghabiskan kuota internet sangat banyak. Keluhan lain yang dirasakan para orangtua adalah dimana anak-anak kecanduaan gadget dikarenakan penggunaan yang berlebihan. Fenomena tersebut membuat resah para orangtua sehingga mereka ingin kehidupan ini kembali normal dimana anak-anak akan belajar di sekolah.

Study From Home sebagai solusi yang efektif dan efisien dalam meminimalisir penyebaran virus covid-19 tidak perlu berangkat ke sekolah sehingga akan menimbulkan kerumunan orang banyak. Akan tetapi hal tersebut akan memunculkan pengaruh baik positif maupun negatif dalam penggunaan gadget. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama antara anak dengan orangtua sehingga pembelajaran secara online ini dapat berjalan sesuai keinginan pemerintah. Meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi selama pembelajaran daring ini, diharapkan baik pelajar atau orangtua memiliki  semangat serta minat yang tinggi dan selalu berpikiran positif.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun